Pasar

4.6K 526 39
                                    


Dari sudut mata, jantung hati mulia terjaga bisik ditelinga.

Coba ingat semua.

Dan bangunkanlah aku, dari mimpi-mimpi ku.

Sesak aku di sudut Maya dan tersingkir dari dunia nyata.

Dan kau menawarkan rasa cinta dari hati...

By. Letto

Setiap hari Minggu Janu akan bangun lebih awal dari biasanya, karena setiap hari minggu Janu akan pergi membantu Bu Ninik tetangga depan yang memiliki toko sembako di pasar. Dalam satu Minggu Janu akan membantu di toko Bu Ninik setiap hari Senin, Rabu dan Minggu. Selain hari Minggu Janu hanya akan membantu Bu Ninik selepas remaja itu pulang sekolah hingga jam lima sore.

Lumayan uang jajan yang diberikan Bu Ninik jika Janu kumpulkan dalam satu bulan bisa tersimpan tiga ratus ribuan. Bisa Janu kirimkan untuk membantu keuangan ibunya di desa. Bila hari Minggu seperti hari ini Janu akan membantu Bu Ninik dari jam enam pagi hingga jam empat sore, dan uang jajan yang Bu Ninik berikan bisa delapan puluh ribu atau lebih jika toko sangat ramai pembeli.

Jam dinding sudah menunjukkan pukul 05.30 Janu mempercepat diri untuk segera bersiap. Pukul 6 pagi dia harus sudah berdiri di depan rumah Bu Ninik. Remaja itu sudah menyelesaikan semua pekerjaan rumah yang biasa ia kerjakan. Dari mengepel lantai, menyiapkan sarapan dan mencuci pakaian. Yah..Janu melakukan semua pekerjaan itu sendiri di pagi buta.

Jadi ketika tantenya bangun semua pekerjaannya sudah beres. Dengan begitu Tante Melda tidak akan marah dan melarangnya untuk membantu Bu Ninik di tokonya.

Setelah bersiap Janu melangkah ke pintu depan. Baru saja ia akan membuka pintu suara Tante melda mengejutkannya.

"Mau nguli lagi kamu?" tanya Tante Melda sambil berdiri di pojok pintu antara ruang tamu dan ruang keluarga. Wanita itu melipat kedua tangannya di dada.

"Iya Tante."

"Heh.....nyari susah kamu ya, emang uang yang Tante Sarah kasih ke kamu kurang ya, sampai kamu harus susah payah nguli di tokonya si Ninik itu," ketus Tante Melda. Padahal uang yang Janu dapat dari Tante Sarah selalu ia berikan pada wanita itu.

"Terserah kamu deh.." sambil melambaikan tangan ke udara membuat gekstur tanda masa bodoh.

"Kamu udah di kasih kerjaan enak masih aja mau nguli di pasar," lanjut Tante Melda.

"Janu pergi dulu Tante," pamit remaja itu tanpa ada niat menanggapi kata-kata tantenya.

"Tunggu Janu!" cegah Tante Melda sebelum Janu melangkahkan kaki keluar rumah.

"Ingat ya...jangan sampai kulit kamu lecet. Pastikan telapak tangan kamu tetap halus. Aku gak mau tahu," ucap Tante Melda memperingatkan.

Kalo saja Tante Melda mengatakan itu tulus dari dalam hatinya karena khawatir akan Janu, remaja itu pasti senang mendengarnya. Namun, Tante Melda berkata seperti itu karena dia tidak mau asetnya turun nilai jualnya jika lecet sedikit saja.

Wajah dan tubuh Janu adalah aset. Sumber penghasilan jangan sampai luka walau sedikit.

Janu mengangguk lemah. Remaja itu kemudian membuka pintu dan keluar rumah, berjalan menuju rumah Bu Ninik.

"Eh Janu...kirain gak bisa bantu lagi hari ini, hampir saja ibu cari orang lain," kata Bu Ninik ketika melihat Janu datang dan berjalan mendekatinya saat sedang menyusun sebagian barang dagangan yang harus dibawa ke tokonya.

"Maaf Bu rabu kemarin aku gak bisa bantu ibu gak sempat kabarin juga, ehmm ada kesibukan lain di rumah."

"Iya gak apa-apa, ibu paham. Sekarang bisa bantu ibu sampai sore kan?"

Being With You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang