Sejak jam pelajaran pertama di mulai hingga istirahat tiba Nandes gelisah. Remaja itu tidak bisa fokus pada guru yang memberikan materi pelajaran depan kelas. Ya sekalipun biasanya remaja itu tidak begitu memperhatikan pelajaran, tapi setidaknya bisa tenang mengikuti pelajaran. Tidak seperti hari ini. Nandes gelisah. Tidak tenang. Dia ingin bertemu janu. Ingin segera menghampiri Janu sekarang juga. Dia perlu bicara dengan Janu. Ada hal yang harus Nandes tanyakan pada si pemilik mata sendu itu.
Dari semalam Janu tidak membalas pesannya, tidak menjawab panggilan telepon darinya. Harusnya hari ini mereka sedang bahagia. Mereka berdua baru saja mengutarakan isi hati masing-masing. Menyatakan rasa sayang satu sama lain. Harusnya hati mereka berdua sedang berbunga-bunga. Bukanya seperti sekarang ini, bagaikan mawar baru mekar namun tiba-tiba menjadi layu.
Ketika bel istirahat bunyi dan pelajaran usai. Nandes buru-buru mengemasi buku-bukunya di atas meja lalu dia simpan dalam laci meja. Baru saja Nandes akan bangkit berdiri, Alsaki meraih pergelangan tangan Nandes, mencegah remaja bertubuh atletis itu beranjak pergi.
"Buru-buru banget sih, lo mau ke mana?" tanya Alsaki.
"Gue mau ke kelas anak IPA dulu. Lo sama Enda ke kantin aja duluan, nanti gue nyusul."
"Bucin banget, gak lo jemput ke sana pacar lo tetap bakal ke kantin kok."
"Ada hal lain yang harus gue urus."
Alsaki mengerutkan kening,"apaan? Serius amat muka lo."
"Gue belum bisa cerita sekarang Al."
"Oke deh, oke ... dah pergi sono." Alsaki melepas pergelangan tangan Nandes.
Remaja itu lalu bergegas melangkah ke arah pintu kelas. Namun, baru saja dia akan keluar, di saat bersamaan Nadira datang bersama Davina yang mengekor di belakangnya. Mereka berdua berdiri saling berhadapan depan pintu kelas.
"Mau ke mana?" tanya Nadira dengan senyum manis di bibirnya.
"Eh Ra, kok ke sini?" Nandes heran, karena hari ini Nadira mau repot-repot datang ke kelasnya. Tadi pagi juga begitu, sebelum Nandes datang ke kelas anak IPA, Nadira lebih dulu menghampiri Nandes di kelasnya.
Sejak sore itu, saat Nandes meninggalkan Nadira di rumahnya, baru hari ini gadis cantik itu masuk sekolah. Karena sebelumnya dia beberapa hari tidak masuk sekolah.
"Emangnya kenapa? Gak apa-apa kan aku yang datang ke sini, kantin yuk aku laper." Nadira merangkul lengan Nandes lalu mengajak Nandes ke kantin.
Hal yang sangat jarang Nadira lakukan jika di sekolah, sudah menjadi kesepakatan mereka berdua di awal mereka jadian, tidak akan melakukan skinship jika mereka di lingkungan sekolah, alasanya karena Nadira tidak mau hubungan mereka jadi pusat perhatian lalu di tegur guru. Namun, ternyata hal itu tidak berlaku lagi.
Nadira bersikap seolah tidak ada perjanjian itu antara mereka berdua. Gadis remaja yang cantik seperti artis Nia Ramadhani itu mengabaikan beberapa pasang mata yang memperhatikan ke arahnya dan Nandes. Nandira cuek, dia justru semakin merapatkan diri pada Nandes. Seakan ingin menunjukkan pada semua penghuni sekolah dialah pacarnya Nandes. Hanya dia.
Mereka berdua jalan ke kantin diikuti Alsaki, Enda dan Davina di belakang mereka berdua.
Sebelum sampai di kantin Nandes melepas tangan Nadira dari lengannya, "Ra, eum bisa gak kamu ke kantin duluan? Nanti aku nyusul?"
Nadira menghentikan langkahnya, begitu juga dengan Nandes.
"Memangnya kamu mau ke mana?"
"Eumm, aku ... aku mau ke ..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Being With You (End)
Dla nastolatkówJanu ingin mati. Dia sudah tidak tahan menjalani kehidupan yang kerap kali menyiksa batinnya, melukai harga dirinya. Namun disaat dia ingin mengahiri hidupnya seorang cowok remaja menyelamatkannya. Bukanya berterima kasih Janu justru marah pada cowo...