Menyentuhmu (18+)

6.3K 405 37
                                    

Selamat membaca. Yg gak suka rate 18+ bisa skip dulu.

Malam mulai larut, suara deburan ombak bergulung di tengah lautan terdengar hingga dalam pondok tempat di mana dua remaja sedang di mabuk asmara melepas rindu setelelah lebih dari dua minggu tak bertemu. Selayaknya dua sejoli yang sedang dimabuk cinta mereka berdua mulai melangkah menerjang batas. Memetik yang seharusnya tak mereka petik, melakukan apa yang seharusnya tak mereka lakukan.

Dua remaja itu saling memeluk erat satu sama lain dengan bibir saling memagut lembut. Saling menyentuh dan meraba tubuh satu sama lain. Tuk sejenak mereka melepas tautan bibir, menatap satu sama lain. Dari sorot mata tersirat mereka ingin melanjutkan sentuhan itu, tak sekedar saling menautkan bibir, tak sekedar saling jamah, mereka ingin melampaui batas itu.

Nandes meraih bagian bawah baju Janu. Dengan satu tarikan, sweater yang Janu kenakan lepas dari tubuhnya. Hawa dingin membuat kulit Janu meremang, darahnya berdesir dari ujung kepala hingga kaki, jantungnya berdetak cepat napas mulai menderu bersaing dengan deru gelombang ombak pantai yang bergulung. Ini bukan kali pertama untuknya menanggalkan pakain depan seseorang, tapi rasanya kali ini beda, saat ini Janu bahagia, tidak terpaksa, tak ada penolakan dalam hati. Dia juga menginginkan ini.

Dengan posisi masih terus berciuman tanpa ragu Janu juga melepas baju yang Nandes kenakan, kini dua remaja itu sama-sama bertelanjang dada, kulit mereka bergesakan menimbulkan rasa sensasi yang tak bisa dijelaskan dengan kata.

Nandes melepas ciumannya kedua matanya memandang lekat tubuh Janu ia mengusap sayang punggung remaja itu.

"Nu, gak apa-apa kan malam ini kita melakukan itu?" bisik Nandes dengan suara sangat lembut.

Janu jadi malu, haruskah Nandes bertanya akan hal itu. Tak lama kemudian perlahan ia mengangguk. Lalu segera menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Nandes.

Nandes kembali mencium bibir Janu, kali ini berubah menjadi ciuman panas, tak hanya melumat, Nandes menelusupkan lidahnya bergerak liar dalam mulut Janu seakan sedang melukis nama Janu dengan lidahnya. Semakin lama ciuman itu semakin membuat Janu tak bisa menahan suara erangannya. Remaja itu mulai lepas kendali, dia membalas ciuman Nandes, lidah keduanya bergulat mengikuti naluri.

"Brukkk ..." Mereka jatuh bersamaan di atas tempat tidur.

Tubuh dua remaja laki-laki itu berguling, saling tindih, saling mencumbu satu sama lain. Meskipun Janu harusnya lebih berpengalaman dari Nandes mengingat dia yang pernah melakukan hubungan intim dengan beberapa wanita, tapi nyatanya tak cukup membuat ia bisa mendominasi Nandes.

Sampai malam ini Nandes itu masih perjaka, dia cuma sekali punya pacar sampai usia hampir 18 tahun, itu pun tidak pernah melakukan sentuhan seperti yang ia lakukan ketika dengan Janu. bersama Janu itu beda, selalu ada rasa ingin menyentuh remaja itu, meskipun Janu itu bukan seorang gadis, tidak memiliki dada yang montok, tidak memiliki kulit yang halus dan lembut. Akan tetapi Janu bisa membuatnya gemas hingga timbul ingin memiliki Janu seutuhnya.

Rasa itu lah yang menuntun Nandes lebih bisa mangusai tubuh Janu dengan cumbuannya, entah belajar dari mana, jika ini malam pertama untuknya faktanya Nandes tak terlihat amatir dia begitu piawai membuat Janu menggeliat di bawahnya. Dia meraba bagian tubuh mana saja yang bisa ia jangkau dengan jemarinya. Sedangkan bibirnya tak henti mengecupi kulit tubuh Janu.

Bibirnya menelusuri bagian leher Janu dan perlahan beralih ketelinga, menjilat samar bagian itu untuk beberapa saat, membuat dia yang di bawah kembali mengerang, menggeliatkan badan gelisah. Janu makin tak karuan ketika Nandes menyeret bibirnya turun ke bawah mengecupi dadanya, dan ia menggelinjang hebat saat merasakan lidah hangat Nandes bermain-main dengan salah satu putingnya.

Being With You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang