"Janu ..." Seseorang berdiri di ambang pintu ruang IGD.
Janu menoleh ke datangnya suara itu dan kemudian bangkit berdiri, melangkah mendekat dan berhambur memeluk dia, yang datang untuknya.
"Tante ... Sarah ..."
Janu memeluk tubuh Tante Sarah dengan erat sembari terisak.
"Tante Melda sudah meninggal, apa yang harus aku lakukan sekarang, aku tidak punya siapa-siapa selain dia dan Ricky di kota ini. Apa yang harus aku lakukan Tante? Kami tidak punya kerabat lain lagi di sini."
Janu menangis tersedu, memeluk Tante Sarah, seperti seorang anak yang membutuhkan perlindungan dari ibunya.
Wanita cantik itu mengusap punggung Janu, kedua matanya menitikkan air mata, ikut merasakan kesedihan dan putus asa remaja itu. Ia merengangkan jarak antara mereka, lalu menangkup wajah Janu yang beruraian air mata.
"Tenang Janu, masih ada Tante di sini."
Tante Sarah tak sedang melihat Janu sebagai wanita pada seorang pria. Wanita itu melihat Janu dengan tatapan seperti seorang ibu yang sedang menenangkan anak laki-lakinya, ia bahkan menyebut dirinya sendiri dengan sebutan 'Tante'. Rasa yang pernah ada menguar begitu saja ketika melihat Janu menangis. Mengadu akan keadaanya yang sedang bersedih dan bingung harus bagaimana.
Di belakang wanita cantik itu seorang gadis berambut ikal berdiri mematung. Melihat ke arah Janu dan remaja lain seusia dirinya yang baru saja keluar dari salah satu ruangan, duduk bersimpuh di lantai sambil meraung, manangis menyebut kata 'Mama' berulang kali. Gadis itu adalah Sefria.
Dia tak tahu apa yang terjadi, tadi ketika dalam perjalanan pulang, sang Mama langsung putar arah menuju rumah sakit setelah menerima sebuah pesan. Sefria perlahan melangkah mendekati remaja yang tak lain adalah Ricky, ia tiba-tiba merasa iba, mungkinkah remaja laki-laki ini baru saja kehilangan ibunya. Sefria merundukkan punggungnya, lantas meraih lengan Ricky untuk ia kalungkan ke bahunya. Membawa remaja laki-laki itu mencari tempat duduk yang tak jauh dari mereka berdiri. Tak ada penolakan dari Ricky, dia menurut, dia memang butuh seseorang saat ini, tak peduli siapapun itu.
Sefria duduk di samping Ricky, meminjamkan bahu untuk tempat Ricky menangis, menumpahkan kesedihannya. Gadis remaja itu tak mengucapkan kata-kata bijak untuk menenangkan Ricky, dia tak tahu harus bicara apa. Yang bisa ia lakukan hanya meminjamkan bahunya dan menepuk-nepuk punggung remaja laki-laki itu.
Ini adalah hal baik pertama yang Sefria lakukan sepanjang hidupnya untuk orang lain. Entahlah dia merasa iba, membayangkan jika dia yang berada di posisi remaja cowok yang sedang berduka saat ini.
"Duduk sini dulu Nu ..." menggiring Janu untuk duduk di sebelah Sefria dan Ricky.
"Tante mau urus kepulangan jenazah Tantemu."
"Sefria temani Janu dan saudaranya," kata Tante Sarah pada putri semata wayangnya.
Sefria mengangguk patuh.
Setelah itu Tante Sarah menemui dokter yang bertugas menangani Tante Melda. Setelah berbicara untuk sesaat, wanita cantik itu kemudian berjalan menuju konter kasir pembayaran yang terletak di lantai yang berbeda.
Tak perlu menunggu lama, setelah membayar semua biaya rumah sakit serta menyewa mobil ambulans, Tante Sarah membawa pulang jenazah orangtua Ricky untuk di bawa kerumah duka.
Tak berhenti sampai di situ, ia pun mengurus segala sesuatu yang di perlukan untuk pemakaman. Janu sangat bersyukur dan berterimaksih pada Tante Sarah, adanya wanita itu sangat membantu dirinya. Dia yang mulanya tak tahu harus bagaimana, sekarang dia bisa bernapas lega, pemakaman Tante melda berjalan dengan lancar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Being With You (End)
Genç KurguJanu ingin mati. Dia sudah tidak tahan menjalani kehidupan yang kerap kali menyiksa batinnya, melukai harga dirinya. Namun disaat dia ingin mengahiri hidupnya seorang cowok remaja menyelamatkannya. Bukanya berterima kasih Janu justru marah pada cowo...