Dengan gerakan tergesa-gesa Nandes turun dari motornya, remaja bertubuh tegap itu bergegagas membuka pintu rumahnya. Ia mempercepat derap langkahnya untuk segera bertemu dengan Ibu. Nandes menghentikan langkahnya saat dia melihat Bu Mira sedang menertawakan Rangga yang bermain dengan bayi kucing.
Tawa Bu Mira mereda kala melihat Nandes berdiri menatap ke arahnya dengan raut wajah yang tak terlihat baik.
"Sudah pulang? Biasanya jam segini belum pulang," heran Bu Mira.
Nandes melangkah mendekat ke arah ibunya, remaja dengan tubuh tinggi menjulang itu menatap ke ibunya dengan tatapan yang tak biasa. Ada rasa sedih dari sorot matanya.
Bu Mira yang merasa ditatap seperti itu oleh anaknya jadi bingung.
"Ada apa Nandes?" tanya Bu Mira.
Rangga yang juga ada di sekitar tempat itu menghentikan aktivitasnya dan menatap heran ke arah adiknya.
"Kenapa Ibu menemui Janu tanpa sepengetahuanku? Apa yang ibu bicarakan sama Janu?" tanya Nandes langsung ke intinya.
Bu Mira terpaku. Wanita paruh baya itu tak langsung menjawab pertanyaan putra bungsunya.
"Memangnya ada apa?" Bu Mira malah balik bertanya. Menghidari tatapan mata putranya dengan berjalan ke arah dapur dan menyibukkan diri.
Nandes mengikuti langkah ibunya sambil berkata, "Janu gak sekolah Bu, Janu gak ada di rumhnya, dia mengakhiri hubungan antara kami. Apa semua ini ada hubungannya sama Ibu?"
"Jadi kamu menyalahkan Ibu?"
"Jawab pertanyaanku Bu, jangan malah balik bertanya padaku."
"Ibu tidak tahu apa-apa, jangan menyalahkan Ibu."
"Ibu bohong kan? Ibu diam-diam menemui Janu, setelah bertemu dengan Ibu dia menghilang. Sebenarnya apa yang Ibu katakan padanya?" desak Nandes.
Bu Mira menghentikan gerakan tangannya, wanita paruh baya itu lalu mendesah pelan, dan mengalihkan pandangan ke arah Nandes.
"Iya Ibu memang menemuninya," ujar Bu Mira.
"Apa yang ibu katakan padanya?" tanya Nandes dengan suara pelan.
Meski kemungkinan itu kecil tapi Nandes tetap berharap Ibu tidak ada hubungannya dengan kepergian Janu.
"Ibu memintanya untuk pergi sejauh mungkin, ini demi kebaikanmu dan juga Janu, kalian masih muda masa depan kalian masih panjang. Kalian harus ..."
"Ibu mengusir Janu untuk yang kedua kalinya?" Potong Nandes cepat sebelum Bu Mira menyelesaikan kalimatnya.
"Tak cukupkah buat Ibu ngusir Janu dari rumah ini, lalu ibu mengngusirnya dari kota ini juga."
"Lalu apa yang harus Ibu lakukan? Mengatakan pada semua orang bahwa putraku menyukai sesama jenis?"
"Jadi Ibu tidak sungguh-sungguh menerima hubunganku dengan Janu."
"Kapan Ibu mengatakan itu? Dan Ibu gila mana yang akan membiarkan anaknya terjerumus dengan hubungan seperti itu. Ibu memang menyayangi Janu tapi bukan berarti Ibu akan membiarkan kalian berhubungan seperti itu."
"Ibu tidak menyayangi Janu sama sekali, ibu hanya peduli pada anak ibu sendiri!"
"Iya!!" pekik Bu Mira
"Dan anak Ibu adalah kamu, apa itu salah?"
"Bayangkan jika Janu itu adalah aku, bayangkan jika aku yang diperlakukan seperti itu Bu, dengan Ibu berkata seperti itu sama saja Ibu menghancurkan Janu! Ibu memisahkan aku darinya! Kenapa Ibu tega melakukan ini, memangnya kenapa kalau aku menyukai sesama jenis? Kalau Ibu malu, usir aku jangan Janu!!" teriak Nandes.
KAMU SEDANG MEMBACA
Being With You (End)
Teen FictionJanu ingin mati. Dia sudah tidak tahan menjalani kehidupan yang kerap kali menyiksa batinnya, melukai harga dirinya. Namun disaat dia ingin mengahiri hidupnya seorang cowok remaja menyelamatkannya. Bukanya berterima kasih Janu justru marah pada cowo...