Sesampainya depan rumah Nandes langsung membuka pintu ruang tamu lalu menarik Janu untuk segera ikut masuk. Rumah kosong, sepi, tak ada siapapun. Nandes melempar tas ke atas sofa ruang tamu, melepas sepatunya dengan tergesa-gesa lalu ia letakkan asal di lantai, membantu Janu untuk melucuti tas dan sepatu remaja itu.
Janu tertawa kecil melihat Nandes bertingkah gak sabaran, membuatnya jadi ingin menggoda sedikit cowok bertubuh tegap itu. Janu meronta berusaha meloloskan diri ketika Nandes menarik pinggangnya tuk merapat. Ia mundur beberapa langkah, memancing Nandes untuk mengejarnya.
Dua remaja itu pun berkejaran di ruang tamu yang sempit, dan berakhir masuk kamar. Berguling saling tindih di atas tempat tidur.
"Diam gak, masih mau lari gak." Nandes berada diatas Janu, mengangkat kedua tangan Janu ke atas kepala dan mengapit kedua sisi tubuh remaja itu menggunakan dua lututnya.
Janu tak berkutik di bawah Nandes, tawanya perlahan mereda, kedua matanya memandang penuh puja pada cowok remaja di atasnya. Dapat ia rasakan hangat hembusan napas Nandes ketika remaja itu menundukkan kepala. Mengikis jarak antara mereka berdua.
"Gak akan pernah bosan sama bibir ini." Nandes mengusap bibir Janu dengan ujung ibu jarinya yang bebas.
"Lepasin tanganku dulu ..."
"Kenapa? Aku suka begini, biar kamu gak bisa gerak."
"Aku gak akan lari lagi, lepasin tangan aku Nandes ..."
"Gak mau, kamu kelihatan seksi kalau begini."
"Nandes ..."
Nandes tersenyum manis, ia kemudian merundukkan kepala memagut bibir Janu dengan lembut. Ia kembali hanyut dalam ciuman yang tadi sempat tertunda. Bunyi kecupan dari kedua bibir remaja itu memenuhi ruang kamar, diiringi erangan desahan dari keduanya.
Sambil terus mencium, Nandes melepas kancing baju Janu satu persatu, jemarinya meraba lembut tubuh remaja di bawahnya itu, mulai dari bagian dada perlahan turun ke bahu lalu turun ke bagian perut, terus turun ke bawah lalu menelusup masuk di balik celana.
Sentuhan itu membuat Janu menggeliat, membusungkan dada, meremas lengan kokoh Nandes. Sapuan lidah basah Nandes diseluruh bagian dada membuat Janu melayang, tak bisa berpikir apa-apa lagi, dia lupa segalanya saat ini.
Dua remaja itu kini mabuk kepayang, akal sehat tak lagi bekerja karena mereka sedang larut dalam cumbuan panas hingga tak dapat mendengar derap langkah dari luar kamar. Langkah seseorang yang semakin lama semakin mendekat.
Bu Mira ....
Wanita paruh baya itu tercengang ketika mendapati ruang tamu rumahnya menjadi brantakan, sepasang sepatu dan dua tas berserakan sembarang. Ibu tiga anak itu menggeleng geram. Sambil mengomel ia memunguti sepasang sepatu itu lalu ia letakkan pada rak sepatu yang tak jauh dari pintu ruang tamu.
"Lihat kerjaan adek kamu Rangga, beda banget sama kamu dan Vera."
Rangga yang diajak bicara masuk rumah berjalan ke arah dapur untuk meletakkan barang belanjaan ibunya di atas meja dapur.
"Ibu manjain Nandes sih ... coba gak usah diberesin, biar dia yang beresin sendiri."
"Kalau nunggu dia yang beresin ya bisa-bisa besok pagi, kayak gak tahu Nandes aja."
"Trus itu sepatu dan tas satunya punya siapa Bu?"
"Mungkin Janu main kesini."
"Ohh teman Nandes yang pernah menginap disini itu ya ..."
"Iya ...anak baik, pinter, beda banget sama Nandes."
"Ibu suka banget kayaknya sama teman Nandes yang satu itu," ujar Rangga sambil tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Being With You (End)
Teen FictionJanu ingin mati. Dia sudah tidak tahan menjalani kehidupan yang kerap kali menyiksa batinnya, melukai harga dirinya. Namun disaat dia ingin mengahiri hidupnya seorang cowok remaja menyelamatkannya. Bukanya berterima kasih Janu justru marah pada cowo...