Renang

3.3K 362 33
                                    

Minggu pagi ini Enda bangun lebih awal, pasalnya dia berencana akan pergi ke kolam renang yang terletak di pusat kota. Perlu waktu satu jam untuk menempuh perjalanan. Jam dinding menunjukan pukul 07.00 pagi, Enda cowok remaja manis itu baru saja selesai mandi, rambutnya masih sedikit basah. Ia lalu mengambil baju di lemari dan segera berpakaian sebelum Alsaki masuk kamarnya.

Dan benar, baru saja dia selesai memakai baju Alsaki masuk ke kamar Enda dengan hanya mengenakan celana boxer. Alsaki baru saja mandi di kamar mandi tamu, dari pada nungguin Enda selesai mandi kelamaan jadi mending mandi di kamar mandi luar. Enda itu kayak cewek, mandinya lama sekali, bisa satu jam Enda berlama-lama dalam kamar mandi. Entah apa yang ia lakukan di kamar mandi, kenapa begitu lama. Mungkin saja Enda luluran terlebih dahulu, makanya sangat lama jika sedang, mandi.

Alsaki berjalan ke sisi tempat tidur lalu duduk sambil mengusak rambutnya dengan handuk. Sedangkan Enda dia sibuk menyiapkan apa yang perlu dia bawa untuk ke kolam renang. Remaja itu memasukan baju ganti, handuk kecil ke dalam tas ranselnya serta lotion sunblock.

"Nda ... bawain gue baju ganti juga ya, jangan lupa celana dalamnya juga," ucap Alsaki.

Persis seorang suami yang sedang meminta istrinya untuk menyiapakan keperluan yang dibutuhkan jika akan berpergian. Enda tak menyahut, dia hanya menoleh sekilas lalu menyiapkan apa yang Alsaki katakan barusan. Lagian gak diingatkan sekalipun Enda juga sudah paham.

Semua karena terbiasa, mereka terbiasa seperti itu selama hampir tiga tahun. Persahabtan mereka itu sangat dekat tanpa mereka sadari sebenarnya mereka berdua itu ada untuk saling melengkapi. Enda itu tidak mandiri, tidak hati-hati untuk itu Alsaki didekatnya guna menjaga Enda. Begitupun dengan Alsaki seperti kebanyakan cowok, dia itu serba berantakan dan terlalu santai jadi orang, Enda lah yang selalu menutupi kekurangan sahabatnya itu. Hampir semua kegiatan mereka di luar rumah mereka selalu lakukan bersama, di mana ada Enda di situ ada Alsaki. Begitu juga sebaliknya. Sedekat itu persahabatan mereka. Apa namanya jika bukan 'Ada untuk saling melengkapi'.

Alsaki mengamati Enda selama remaja itu menyiapkan keperluan mereka, Cowok ganteng itu masih belum ngerti, kenapa wajah Enda mendung gak berkesudahan. Dari kemarin muram gak banyak bicara. Mereka satu atap satu ranjang namun seperti ada tembok besar china diatara mereka berdua. Alsaki sudah berusaha mengajak Enda bicara dan bercanda seperti biasanya. Tapi gak ngaruh, sikap Enda tiba-tiba saja berubah dingin padanya.

Dengan sengaja Alsaki merebahkan tubuhnya di atas kasur, menindih tas ransel yang Enda siapkan.

"Minggir ngapain sih lo." Enda menarik tas Ransel yang di tindih oleh punggung Alsaki.

Remaja itu rebahan menghadap ke arah Enda. "Nda .. lo kenapa sih, masih aja manyun gitu, marah kok gak selesai-selesai."

"Siapa yang marah," elak Enda.

"Kalau gak marah, kenapa sikap lo kayak gini. Gue ngerasa dicuekin tahu. Udah dong marahnya gue kan sudah minta maaf, gue janji gak akan asal ngomong kayak gitu lagi sama lo."

"Sudah deh males gue bahas itu lagi." Enda memutar tubuhnya, menyibukkan diri supaya tak beradu pandang dengan Alsaki.

Melihat Alsaki bicara sambil rebahan dan menatap ke arahnya membuat jantung Enda berdegup cepat. Memandangi bibir Alsaki yang bergerak-gerak bicara membuat Enda salah tingkah. Tak hanya bibir, hidung, mata, semua bagian wajah Alsaki membuat Enda sering hilang fokus sekarang ini. Jadi lebih baik dia menghindar dari pada dia tidak tahan lalu hilaf.

Alsaki bangkit dari atas kasur lalu berdiri tepat di hadapan Enda. Membuat Enda tersentak kaget.

"Apa?" tanya Enda.

"Baju, gue belum pakek baju."

Enda mendorong dada Aalsaki menjauh darinya.

"Cari sendiri di lemari, baju lo banyak kan di sini."

Being With You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang