Sekarang ini Nandes jadi sibuk, dia tak lagi ikut latihan basket setiap pulang sekolah seperti biasanya. Hal itu sangat disayangkan oleh Pak Adi selaku guru olahraga dan pelatih. Tidak hanya pak Adi, teman-teman Nandes yang lain pun ikut kecewa. Namun, mereka tidak bisa memaksa Nandes. Itu sudah jadi keputusannya.
Setiap pulang sekolah Nandes punya urusannya sendiri. Dia jarang terlihat bersama dengan Alsaki dan Enda. Nandes sering disambangi teman-teman barunya dari sekolah lain. Hampir setiap hari teman-teman baru Nandes menunggu Nandes depan gerbang sekolah tiap jam pulang sekolah.
Hal itu tak luput dari perhatian Janu. Remaja itu menyadari perubahan Nandes yang begitu ketara. Bukan berubah acuhkan dirinya. Tidak ... Nandes selalu ada untuknya sesibuk apapun Nandes sekarang ini, remaja cowok itu tetap akan menempatkan Janu menjadi deretan prioritas utama baginya.
Perubahan itu adalah Nandes jadi super sibuk. Bergaul dengan teman-teman baru yang tak Janu kenal. Setiap kali Janu bertanya Nandes akan menjawab seadanya. Tak memberi kejelasan apapun. Dan itu membuat Janu bertanya-tanya, apakah kesibukan Nandes ada hubungannya dengan uang 50 juta. Janu jadi gelisah penasaran sebenarnya apa yang dilakukan Nandes. Janu takut, jika Nandes melakukan hal gila hanya untuk dirinya.
"Tunggu sini dulu ya," ucap Nandes pada janu.
Nandes memajukan motornya, menghampiri sekumpulan cowok dari sekolah lain.
Di situ ada Alsaki yang lebih dulu bergabung dengan beberapa siswa itu. Mereka terlihat sedang serius membahas sesuatu.
Janu mendekati Enda yang saat itu sedang duduk di atas motor Alsaki.
"Enda ..." panggil Janu.
Enda mendongak, menghentikan aktivitasnya di sosial media.
"Mereka lagi ngomongin apa?" Janu menunjuk ke arah Nandes dengan dagunya.
"Gak tahu, urusan cowok itu," sahut Enda sambil meringis pamer gigi.
"Emang kita bukan cowok??"
"Hehehe ... maksud gue, gue juga gak tau mereka lagi ngomongin apa."
Janu gak percaya Enda tidak tahu apa yang sedang mereka bahas. Enda itu sahabat Nandes dan Alsaki. Mana mungkin tidak tahu.
Pandangan mata Janu tak lepas dari Nandes dan sekelompok siswa yang sedang diajak bicara.
Selang beberapa menit, beberapa siswa itu melakukan tos tangan dengan Nandes dan Alsaki. Seakan mereka sedang mencapai satu kesepakatan. Tak lama kemudian mereka bubar satu per satu. Nandes dan Alsaki kembali ke arah dimana Janu dan Enda berdiri menunggu mereka berdua.
"Mereka belakangan ini sering nyamperin kamu ke sini, ada apa sih?"
"Ya namanya juga cowok, kamu mana ngerti," sahut Nandes.
"Sama aja aku ini juga cowok," balas Janu agak kesal. Dua kali dia selalu mendapat jawaban serupa. Tadi Enda sekarang Nandes.
Nandes tertawa kecil melihat Janu agak kesal dengan jawabannya.
Setelah itu motor Nandes perlahan meninggalkan sekolah, bersamaan dengan Alsaki dan Enda tapi mereka pergi ke arah yang berbeda.
****
Selesai membersihkan meja makan dan mencuci semua piring bekas makan malam Janu masuk kamar lalu duduk di meja belajar. Ia membuka buku pelajaran, berniat untuk mengerjakan tugas sekolah.
Di saat Janu baru saja mulai mengerjakan tugasnya, Ricky tiba-tiba masuk kamar.
"Nu, pinjam sweater-mu yang warna biru dong."
KAMU SEDANG MEMBACA
Being With You (End)
Teen FictionJanu ingin mati. Dia sudah tidak tahan menjalani kehidupan yang kerap kali menyiksa batinnya, melukai harga dirinya. Namun disaat dia ingin mengahiri hidupnya seorang cowok remaja menyelamatkannya. Bukanya berterima kasih Janu justru marah pada cowo...