Awalnyaku tak mengerti, apa yang sedang kurasakan. Segalanya berubah dan rasa rindu pun ada.
Sejak kau hadir di setiap malam di tidurku. Aku tahu sesuatu sedang terjadi padaku.
By : Roullete
Pagi hari yang cerah, secerah suasana hati Nandes pagi ini. Remaja itu berdiri depan cermin, hanya mengenakan celana sekolah abu-abu. Sambil bersiul Nandes menata rambutnya menggunakan gel. Menyisir rambut hitamnya ke samping, gaya rambut Ivy league. Bagian samping dipotong rapi menyisakan bagian atas yang kadang ia sisir ke belakang atau samping. Sangat pas dengan bentuk rahangnya yang menonjol. Sesuai dengan gaya Nandes keren. Namun, tetap terlihat rapi.
Selesai menata rambutnya Nandes mengambil salah satu merek parfum pemberian kakaknya. Nandes menyemprotkan parfum dengan wangi segar kasual itu keseluruh tubuh bagian dada dan perutnya serta leher dan pergelangan tangannya. Selesai itu baru Nandes mengenakan baju seragamnya.
Nandes masih berdiri depan cermin, memastikan penampilannya lebih keren dari biasanya. Pagi ini dia semangat untuk pergi sekolah. Sekalipun hari ini hari senin, hari yang paling malas untuk Nandes lalui. Karena di hari Senin harus upacara bendera dulu, berdiri di tengah lapangan di bawah terik sinar matahari.
Satu lagi hal yang membuat Nandes tidak suka hari senin, matematika menjadi jam pelajaran pertama. Melihat angka dan rumus geometri membuatnya pusing kepala. Satu-satunya mata pelajaran yang Nandes suka adalah olahraga. Lainnya Nandes nyerah.
Namun hari ini Nandes tidak memikirkan kalau hari ini ada upacara bendera, ada pelajaran matematika. Suasana hatinya semangat empat lima. Hatinya sedang senang. Bahkan ketika hari pertama menjadi pacar Nadira remaja itu tak lebih semangat seperti sekarang ini. Hari ini tuh dia beda.
"Aku berangkat ya Bu ..." pamit Nandes setelah remaja itu menghabiskan sarapan.
"Hati-hati kalau naik motor jangan kebut-kebutan di jalan Ndes," kata Bu Mira mengingatkan.
"Oke…" Nandes menyambar tas serta helm yang sudah disiapkan di kursi ruang tamu. Lalu Nandes bergegas berangkat sekolah.
xxxx
Sampai di sekolah Nandes langsung memarkirkan motornya di tempat parkir. Lalu ia berlari kecil menuju kelasnya. Semua mata memandang kearah remaja laki-laki itu. Heran saja, tumben sekarang Nandes berangkat sekolah sepagi ini di hari Senin. Biasanya detik-detik bel masuk bunyi baru dia datang.
Setelah ia meletakkan tasnya di kelas, Nandes langsung meluncur ke kelas XII IPA.
"Kak Nandes," sapa sekelompok siswi. Adik kelas yang kebetulan berpapasan dengan Nandes.
"Iya …" jawab Nandes sambil senyum dan berlalu.
Gak sombong, Nandes itu ramah jika di sapa. Namun hanya sebatas itu. Nandes tidak pernah punya hubungan spesial dengan siswi yang menaruh hati atau mengidolakannya. Satu-satunya gadis yang dekat dan bisa menjadi pacar Nandes itu hanya Nadira. Wajar aja sih Nandes menerima pernyataan suka Nadira. Cowok mana yang bisa menolak Nadira. Udah cantik, pintar, kaya lagi. Tak hanya itu Nadira juga baik hati.
Biasanya Nandes bersama dua sahabatnya jika bertandang ke kelas anak IPA. Berhubung Alsaki dan Enda belum kelihatan batang hidungnya, jadi Nandes pergi mengunjungi kelas IPA sendirian. Ini sih rutinitasnya sejak dia jadi pacar Nadira.
Nandes masuk kelas anak IPA, baru saja ia melangkahkan kaki untuk masuk kelas, suara Nadira menyambutnya.
"Nandes, kok tumben hari Senin gini datang pagi banget."
"Hah, iya lagi pengen aja," jawab Nandes, kedua matanya melihat sekilas ke sudut ruang kelas.
"Gak biasanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Being With You (End)
Teen FictionJanu ingin mati. Dia sudah tidak tahan menjalani kehidupan yang kerap kali menyiksa batinnya, melukai harga dirinya. Namun disaat dia ingin mengahiri hidupnya seorang cowok remaja menyelamatkannya. Bukanya berterima kasih Janu justru marah pada cowo...