Pagi ini semua orang berada di halaman rumah Janu. Sebab hari ini Nandes dan kakaknya harus kembali ke kota. Selagi Rangga mengemasi barang bawaannya masuk ke dalam mobil, Nandes bergerak mendekati Ibu untuk berpamitan.
"Kalian hati-hati ya, jangan ngebut. Harusnya kalian menginap semalam lagi di sini," ucap Ibu.
"Maunya si gitu Bu, tapi Bella harus sekolah, saya dan Mas Rangga juga banyak pekerjaan. Kami akan sering berkunjung ke sini," jawab Nandes lalu mencium tangan Ibu.
"Aku pamit ya Bu." Janu mendekati ibunya.
Ibu mengangguk lalu memeluk Janu, mengusap sayang punggung pemuda itu.
"Baik-baik di sana, jangan berantem sama Nandes."
"Ya gak lah Bu, Ibu jaga diri, jangan capek-capek. Aku akan segera balik sini lagi."
"Jangan ngomong gitu, kalau Ibunya Nandes minta kamu buat terus tinggal di sana gimana?" sahut Ibu dengan senyum menggoda.
Janu tersenyum malu, pipinya berubah merona.
"Ibu bisa aja."
"Hormati dan sayangi Ibunya Nandes, bantu Nandes untuk merawat ibunya, paham?"
"Ibu ... aku ini bukan pengantin baru yang mau tinggal di rumah mertua Bu."
"Tapi kamu pasti akan tinggal di sana terus,Ibu gak yakin kalian bisa berjauhan setelah ini. Ya kan ..."
"Ibu ..." Janu semakin merona digoda ibunya seperti itu.
"Dian jaga Ibu ya." Janu beralih melihat ke arah Dian yang berdiri di samping Ibu, gadis itu merangkul lengan Ibunya.
"Tenang aja Mas, Ibu pasti aku jagain," sahut Dian sambil mengulas senyum.
"Kamu ngapain senyum-senyum terus dari tadi?"
"Seneng lihat Mas Janu, pipi Mas Janu merona, kelihatan lagi bahagia banget."
"Sok tahu." Janu mengucak pucuk rambut adiknya. Lalu berjalan ke arah mobil memasukan beberapa barangnya ke dalam mobil.
Tak jauh dari mereka ada Bella yang sedang bersedih karena harus berpisah dari teman barunya, si Ricky. Mereka berdua saling berpelukan selayaknya orang dewasa yang tak ingin berpisah satu sama lain.
"Kak Ricky kenapa tidak seperti Om Janu yang ikut Bella pulang?" tanya si kecil dengan wajah penuh linangan air matanya.
"Kak Ricky gak bisa ikut Bella, kakak harus kerja."
"Pindah saja kerjanya di tempat Papa kerja," ucap Bella polos.
Ricky terkekeh lalu mengusap air mata Bella.
"Jangan nangis dong, nanti cantiknya hilang loh ..."
Bella mencebikkan bibir menahan isak, ah dia sedih sekali harus berpisah dari Ricky, meski baru mengenal beberapa hari Bella tuh merasa nyaman. Barangkali sifat Ricky yang penyayang anak-anak dan juga selalu mau diajak bermain membuat Bella merasa tak rela berpisah darinya.
"Bella, cepat pamit sama Uti dan Kak Dian, kita mau jalan," kata Rangga mengingatkan.
"Iya Papa ..." sahut Bella, tapi masih belum juga beranjak dari tempatnnya berdiri.
"Gini aja nanti kalau Kak Ricky libur kerja, Kak Ricky gantian main ke rumah Bella, gimana?"
Bella terlihat berpikir sejenak. Dia lalu menjawab, "Janji?" sambil menunjukkan jari kelingkingnya.
"Janji." Ricky menautkan jari kelingkingnya ke jari kelingking Bella.
Setelah itu baru Bella mau bergerak mendekati Ibu dan Dian untuk berpamitan. Melihat Bella menjauh dari Ricky, Rangga bergegas menghampiri pemuda itu. Mereka berdua kini berdiri saling beradapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Being With You (End)
Teen FictionJanu ingin mati. Dia sudah tidak tahan menjalani kehidupan yang kerap kali menyiksa batinnya, melukai harga dirinya. Namun disaat dia ingin mengahiri hidupnya seorang cowok remaja menyelamatkannya. Bukanya berterima kasih Janu justru marah pada cowo...