Menghilang

3.2K 371 27
                                    

Rangga duduk di kursi depan teras sambil memakai sepatunya, setelah itu ia bangkit berdiri, berjalan ke arah garasi untuk mengeluarkan motornya. Pagi ini pemuda itu semangat untuk pergi kuliah. Sekarang ini Rangga bisa menerima keputusan ibunya yang tidak mengizinkan pemuda itu kost lagi. Gak apa-apa sekarang ini berangkat kuliah dari rumah adalah hal yang menyenangkan. Karena dia akan melewati jalan favorite-nya.

Perlahan motor Rangga mulai keluar dari halaman rumah. Baru saja pemuda itu keluar dari pagar rumah, seorang Ibu-ibu yang merupakan tetangganya memanggil. Rangga menghentikan laju motor. Pemuda itu menoleh ke arah wanita yang memanggilnya.

"Mas Rangga ...sudah mau berangkat kuliah ya?"

"Iya .. ada apa Bu?"

"Tadi pagi-pagi banget, ada remaja laki-laki berdiri di sini sampai lama, waktu saya dekati dan saya tanya mau ngapain berdiri depan rumah Mas Rangga, anak laki-laki itu malah nitipin ini ke saya."

Wanita itu memberikan tas ransel kucing ke arah Rangga. "Dia minta saya kasih ini buat Mas Rangga. Ini anak kucing ya Mas, lucu banget kucingnya."

Dengan wajah bingung Rangga turun dari motor dan menerima tas ransel warna cokelat dari tetangganya itu.

"Chika ..." gumam Rangga.

"Ohh ...namanya Chika ya Mas, imut banget."

Rangga tersenyum tipis, lalu bertanya, "Dia ada ngomong yang lain gak Bu?"

"Gak ada Mas, saya suruh ketuk pintu rumah Mas Rangga saja, dia gak mau."

"Ohh gitu, ya udah, terimakasih ya Bu," ujar Rangga.

'Sama-sama Mas, kalau gitu saya permisi dulu."

Kemudian wanita itu memutar tubuhnya dan berlalu pergi. Meninggalkan Rangga yang masih berdiri mematung memandangi tas ransel kucing di tanggannya. Perlahan Rangga mengeluarkan bayi kucing itu dari dalam tas kucing.

"Mama kamu kenapa? Kok nganterin kamu ke sini pagi-pagi banget. Dia marah sama kamu ya ..." ucap Rangga sembari mengusap bulu bayi kucing.

Si kucing mengeong, bola mata bulatnya menatap sedih ke arah Rangga.

"Kamu nakal ya, makanya Mama marah," ucapnya lagi.

Rangga lantas memeriksa isi dalam tas ransel khusus untuk kucing itu, selain ada perlengkapan si chika ternyata di dalam tas itu ada sepucuk surat yang di lipat menjadi dua bagian. Rangga mengambil kertas itu lalu membuka dan membaca tulisan tangan di dalamnya.

Buat Mas Rangga,

Mas ... aku titip chika, aku harus pergi tapi aku gak bisa bawa chika. Mas Rangga harus rawat chika sampai besar. semoga kita bisa bertemu lagi suatu hari nanti.

Ricky ...

Setelah membaca isi surat itu Rangga diam tertegun. Pemuda itu masih bingung, Ricky pergi kemana? Ada apa? Kenapa terkesan Ricky berpamitan untuk pergi jauh. Baru saja ia akan bertanya pada adiknya, Nandes lebih dulu keluar dari dalam rumah melewati Rangga, motornya melesat cepat meninggalkan depan halaman rumah. Rangga semakin heran menyadari sikap adiknya dari semalam yang terlihat murung.

Semanggat Rangga yang tadi menggebu untuk pergi kuliah seketika menguar begitu saja. Pemuda itu duduk di kursi teras depan rumahnya memandangi bayi kucing dalam tas ransel. Mengusap-usap kucing itu dengan lembut.

"Mama kamu gak tanggung jawab," ucap Rangga dengan wajah sedih.

Entahlah, hatinya tiba-tiba merasa sedih. Seperti ada sesuatu yang sirna. Seolah ada bagian dari dirinya yang hilang. Tapi Rangga gak tahu apa itu.

Being With You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang