Berbahagialah

4.1K 393 75
                                    

Rumah Janu itu sederhana, merupakan rumah peninggalan ayahnya. Hasil kerja keras ayahnya sebelum meninggal dunia. Meskipun saat ini rumah itu telah direnovasi menjadi lebih baik, lebih bagus. Namun, tidak mininggalkan kesan sederhana dari penghuninya. Sejak kecil Janu terbiasa hidup biasa jadi meski sekarang dia telah berkecukupan Janu tidaklah berubah. Dia tetap Janu yang apa adanya.

Suasana rumah Janu malam ini beda dari biasanya. Malam ini terlihat ramai terdengar canda tawa di ruang tengah. Mereka semua yang ada di dalam rumah itu berkumpul duduk di lantai beralaskan karpet lembut warna cokelat. Bella duduk di sisi Ricky, anak itu tidak mau jauh-jauh dari Ricky, dia nempel terus. Ada saja caranya untuk menarik perhatian Ricky bermain dengannya. Tak jauh dari mereka berdua ada Rangga tak jemu memandangi putrinya dan Ricky bermain puzzel.

Di samping Rangga ada Nandes dan Janu. Mereka duduk tidak terlalu dekat meski sebenarnya ingin berdekatan. Hanya jemari mereka yang saling bertaut, saling menggegam di balik bantal sofa. Seperti itu saja bisa membuat keduanya berdebar-debar. Keduanya berandai-andai jika di dalam ruangan ini hanya ada mereka berdua. Pasti tak hanya jemari yang bertaut saling remas.

"Bella ... sudah dulu mainnya lihat Kak Dian bawa apa?" Dari arah dapur Dian dan Ibu membawa nampan berisi hidangan makanan penutup.

Melihat Ibu dan Dian datang ke ruang tengah, secara reflek Janu melepas tautan jemarinya dari tangan Nandes.

"Wow pudding cokelat kesukaan Bella," girang gadis kecil itu. Bella langsung berpaling dari Ricky, meninggalkan mainannya.

"Kamu suka kan ..."

"Iya, Bella suka. Suka banget."

"Kamu suka semua makanan Bel," sahut Rangga.

"Gak apa-apa, itu artinya Bella anak pintar gak pilih-pilih makanan," kata Ibu menimpali.

"Coba ini enak gak?" Dian memberikan piring kecil berisi puding di atasnya pada Bella.

Bella menerima pemberian Dian, lalu ia memasukan satu sendok kecil puding ke dalam mulutnya yang mungil.

"Hmm ...enak banget pudingnya. Terimakasih ya Uti jauh," ucap Bella dengan senyum ceria.

Ibu mengerutkan kening. "Uti jauh?" ulang Ibu agak heran dengan panggilan yang Bella berikan untuknya.

"Iya, kata Om Nandes sekarang Bella punya dua Uti. Uti deket dan Uti jauh."

"Hahaa ... maksudnya karena Ibu jauh dari rumah Bella makanya dia panggil Uti jauh," jelas Dian sambil tertawa.

"Iya betul gitu," sahut Bella membenarkan.

Mendengar itu Ibu langsung tertawa.

"Boleh kan, Bella panggil Uti jauh?"

"Boleh dong anak cantik. Sini peluk Uti jauh dulu." Ibu merentangkan kedua tanggannya. Bella langsung bangkit dari duduknya, menghampiri Ibu dan langsung memeluk wanita itu.

"Malam ini tidur sama Uti dan Kak Dian ya. Mau?"

Sambil tersenyum Bella menjawab, " Iya mau, Bella gak mau tidur sama Papa. Papa itu kalau tidur suka ngorok."

Rangga mendelik. "Bella, fitnah Papa."

"Iya kok, Papa itu brisik kalau tidur."

"Haaha Bella...Bella." Dian kembali dibuat tertawa dengan celoteh Bella.

"Rangga, Nandes dimakan pudingnya."

"Ah iya Bu, harusnya Ibu gak usah repot begini, tadi sudah masak makan malam banyak dan enak."

"Ahh ...cuma makanan kampung biasa lho Ndes, lagian masaknya dibantuin Dian tadi," balas Ibu sambil tertawa kecil.

"Dikota dan dikampung sama aja kok Bu, malah masakan Ibu enak banget." Puji Nandes.

Being With You (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang