Dicky melirik ke arah Janu. Sejak tadi Dicky mengamati Janu, remaja itu terlihat gelisah. Seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Ada apa Nu?
Janu menoleh ke arah Dicky.
"Ada apa, apanya Mas?" Janu balik bertanya.
"Kamu kelihatan gelisah, kamu kerja gak tenang. Ada apa?"
Janu tidak menjawab. Remaja itu kembali menyibukkan diri menyusun barang dagangan.
"Itu sabun cuci piring Nu, jangan kamu susun bareng sabun cuci toilet." kata Dicky memperingatkan.
Dicky makin yakin Janu sedang memikirkan sesuatu. Karena ini sudah kesekian kali Janu salah menyusun barang. Tadi ada orang beli garam diberi gula.
"Kamu gak konsentrasi kerja, kamu ada masalah?" Dicky bertanya lagi.
"Mas … " panggil Janu pelan.
"Iya … "
"Nandes … Nandes …." Janu tak segera melanjutkan kalimatnya. Dia hanya mengulang-ulang menyebut nama Nandes.
"Nandes kenapa Nu?"
"Sore ini dia, dia …" Janu ragu untuk mengatakan apa yang mengganggu pikirannya.
"Nandes kenapa sore ini, ngomong aja. Kenapa kamu kelihatan bingung gini."
Janu kembali diam.
"Nu … " panggil Dicky.
"Nandes hari ini tanding basket Mas babak final, dia minta aku buat nonton."
"Ya ampun Janu, kirain Nandes hamilin anak orang. Terus kenapa kamu kerja, kenapa kamu gak nonton dan semangati dia supaya menang."
"Sudah ada teman-temannya, sudah ada pacarnya yang semangati dia."
Dicky mendesah pelan.
"Tapi yang spesial diminta buat dukung dia kan kamu Nu, pergi sana kali aja dia sekarang lagi nunggu-nunggu kamu."
Janu kembali diam tampak sedang memikirkan sesuatu.
"Sebenarnya apa yang bikin kamu ragu Nu? Temanmu Nandes minta dukunganmu itu juga sekolahmu kan."
"Sudah ada Nadira pacarnya yang dukung dia Mas Dicky, ada banyak penggemar dia di sekolah yang dukung dia juga. Buat apa aku juga datang mending aku cari uang kan," jawab Janu pelan.
Dia teringat kejadian di kantin, saat Nandes bersikap perhatian berlebihan depan teman-temannya. Kala itu suasana menjadi canggung.
"Nu … tapi dia minta secara pribadi ke kamu kan Nu, artinya dia mengharapkan ada kamu saat dia tanding. Jangan mikirin orang lain, yang dia minta itu kamu. Sekarang aku tanya, beneran kamu gak ingin lihat dia tanding?"
Janu terdiam menundukkan kepala.
"Pergi Nu, semangati dia."
"Tapi Mas … "
"Ikuti apa kata hati, jangan sampai kamu besok nyesel karena gak bisa lihat perjuangan dia buat banggain nama sekolah kalian," kata Dicky sambil mengulas senyum.
"Izin sama Bu Ninik gimana?"
"Tenang aja itu urusanku, yang penting sekarang kamu buruan berangkat, belum telat kan?"
"Harusnya sudah mulai 15 menit yang lalu Mas."
"Ya ampun, udah sana buruan keburu Nandes kalah karena gak lihat muka kamu."
Janu jadi gelisah.
"Aku pergi dulu Mas …" pamit Janu Akhirnya.
Janu lalu bergegas pergi meninggalkan toko.
KAMU SEDANG MEMBACA
Being With You (End)
Teen FictionJanu ingin mati. Dia sudah tidak tahan menjalani kehidupan yang kerap kali menyiksa batinnya, melukai harga dirinya. Namun disaat dia ingin mengahiri hidupnya seorang cowok remaja menyelamatkannya. Bukanya berterima kasih Janu justru marah pada cowo...