Ckiittt
BRAK!!
Bunyi tabrakan terdengar keras di jalanan sore yang terlihat sepi itu. Tubuh seorang remaja, Zafran Arsenio yang masih mengenakan seragam putih abu-abu tergolek lemah setelah terlempar beberapa meter karena tertabrak truk yang lewat dengan kecepatan kencang.
Darah mengucur deras dari kepalanya membasahi wajahnya, ia mengerjapkan matanya melihat polisi yang mengejarnya terlihat syok. Ya, polisi karena sebelumnya ia akan tawuran namun keburu polisi datang dan mengejarnya juga teman-temannya. Namun, ia tak tahu dimana mereka, karena mereka berpencar untuk mengelabui polisi.
Ia terkekeh pelan melihatnya meski diiringi rasa sakit yang mendera tubuhnya. Ia merasa tubuhnya remuk apalagi rasa sakit di kepalanya kian menjadi-jadi.
Ia mengingat kembali percakapannya dengan Bupan dan teman segengnya tadi pagi.
Seperti pagi hari sebelumnya, Zafran Arsenio atau biasa dipanggil Arsen itu keluar dari panti asuhan sambil menenteng helm diikuti oleh wanita paruh baya yang berhijab.
Arsenio berbalik lalu mencium tangan sang bupan sapaan anak panti pada pemilik sekaligus pengasuh di panti asuhan itu.
"Bupan, Arsen berangkat dulu ya." ucapnya dengan lembut menatap Bu Aminah, wanita yang telah membesarkan dirinya.
"Hati-hati ya nak, kurangi jahil dan nakalnya."
"Gak janji Bupan, Arsen bakal berhenti kalo udah mati ketabrak truk."
"Hush, gak boleh ngomong kayak gitu. Omongan adalah doa, Arsen!" Nasihat Bu Aminah pada Arsenio yang dibalas kekehan.
"Hehehe, iya bun. Arsen berangkat yaa." Ia melambaikan tangannya lalu berbalik menuju motor vespa bekas yang ia beli dari hasil balapan liar. Meski bekas, Arsenio tetap menyayanginya karena vespa itu yang selalu menemaninya pergi kemanapun.
Dengan seragam putih yang ia keluarkan dan celana abu-abu khas anak menengah atas, ia memakai helm lalu menaiki motornya. Ia sekali lagi menatap Bu Aminah dan melambaikan tangannya.
"Bupan, Arsen sayang Bupan. Dadah!!"
Setelah mengatakan itu, ia memasukan kunci motor lalu menyalakan motornya, mengendarainya hingga sampai di sekolah.
Hanya membutuhkan waktu tiga puluh menit, Arsenio telah sampai di sekolahnya. Ia kini sudah kelas dua belas yang artinya sebentar lagi ia akan lulus. Ia tak tahu akan melanjutkan kuliah atau tidak, ia masuk SMA saja karena beasiswa andai ia tak mendapatkan beasiswa mungkin ia tak melanjutkan sekolah karena keterbatasan biaya.
Arsenio menghentikan motornya saat sudah sampai di parkiran, ia mematikan motornya lalu melepaskan helmnya.
"Haii bro!!" sapa seorang remaja sambil mengulurkan tangannya yang disambut baik oleh Arsenio, dia Deka salah satu sahabatnya.
"Yoii, tumben lo udah dateng?" tanya Arsenio melepaskan jabatan tangannya lalu merapikan rambutnya.
"Ngaca lo, Sen! Lo juga biasanya langganan hukuman telat."
"Santai bro! Hari ini gue lagi rajin banget nih!"
"Kesambet apaan lo?" tanya Reza, sahabatnya yang lain baru saja datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSENIO
Teen Fiction[On Going] [BROTHERSHIP #02] [TRANSMIGRASI # 01] Zafran Arsenio adalah seorang remaja yang tinggal di panti asuhan yang terkenal akan kenakalan dan kecerdasannya. Bukannya terbangun di alam kubur tetapi Zafran Arsenio terbangun di tubuh seorang rema...