T I G A S A T U

23.8K 3.3K 398
                                    

"Spada! Arsenio ganteng dateng!"

Arsenio berteriak memasuki mansion milik Setya dengan semangat, di belakangnya ada Hero yang berjalan sambil kedua tangannya menenteng plastik besar berisi camilan.

Suara langkah kaki menuruni tangga terdengar terlihat Ricky yang berlari menuruni tangga dengan cepat. Dia bahkan langsung memeluk tubuh Arsenio.

"Kangen bang!" ucap Ricky sambil menggoyangkan tubuh Arsenio.

Arsenio tertawa renyah membalas pelukan adik angkatnya itu, "Perasaan tadi di sekolah ketemu!"

"Kan itu tadi sekarang udah malem jadi beda!" Balas Ricky sambil melepas pelukannya dia melirik ke arah Hero yang berdiri di belakang Arsenio.

"Oh bang Hero juga ikut?" Tanya Ricky dibalas anggukan oleh Hero.

"Udah dateng kamu dek?" Tanya seseorang yang baru turun dari tangga mendekat ke arah ketiga cowok itu.

Arsenio tersenyum lebar menatap ke arah abangnya Setya, "Iya dong! Kan kita mau ngerayain kemenangan Nio kemarin!"

Setya mengangguk, tangan kekarnya mengusap pelan rambut Arsenio. Dia tentu merasa bangga, adiknya kini telah berubah dan dia menyukai perubahan baik adiknya itu.

Malam ini mereka berkumpul di mansion Setya untuk merayakan kemenangan Arsenio yang berhasil menyabet juara dan tentu saja berhasil membuat teman-temannya menjadi pintar.

"Bang Setya juga udah nyiapain bahan-bahan buat entar di bakar bang! Malam ini kita pesta," Lapor Ricky sambil tersenyum senang.

Arsenio yang mendengar hal itu pun merasa semakin semangat dia beralih menatap ke arah Setya, "Beneran bang?"

"Iya, apapun buat adek abang," balas Setya membuat Arsenio berhambur memeluk tubuh Setya.

"Thanks bang!"

"Iya sama-sama! Yok kita pindah ke taman samping, kita bakaran di sana aja!" ucap Setya diangguki oleh Arsenio.

Arsenio langsung menarik Ricky untuk berjalan ke arah taman meninggalkan Hero dan Setya.

Setya menatap Hero yang masih bergeming, tentu saja Setya sudah tahu siapa itu Hero dan juga bagaimana bisa Hero menjadi 'kakak' untuk Arsenio. Dia sudah mengetahui semuanya, baginya tak masalah jika Hero juga menjadi 'kakak' bagi Arsenio asalkan Arsenio bahagia.

"Ayo Ro! Jangan diem aja!" Ajak Setya membuat Hero mengangguk.

Keduanya melangkahkan kakinya menuju taman.

***

Malam semakin larut namun keceriaan masih terpancar di wajah ketiga remaja dan satu pria dewasa itu. Bahkan terdengar suara tawa menggelegar dari seorang Hero yang dikenal cowok dingin nan datar di sekolah itu menandakan seberapa bahagianya dia bisa bercanda dan tertawa tanpa beban dengan 'saudaranya'.

Arsenio tersenyum tipis melihat wajah bahagia dari ketiga orang yang penting baginya, dirinya merasa bersyukur dipertemukan dengan mereka bertiga. Namun ada rasa sedih di hatinya, Nio tak ada di sini. Nio tak merasakan kebahagian yang dia rasakan.

Kepalanya mendongak menatap bintang yang bertebaran di langit menatap satu bintang yang paling bersinar.

Sabar Nio, gue bakal bales kesakitan lo!

"Bang! Bang Arsen!"

Lamunan Arsenio pudar, dia menatap bingung ke arah Ricky yang menatapnya khawatir.

"Ada apa?" Tanya Arsenio.

"Abang kenapa? Sakit?" Tanya Ricky beruntun.

Arsenio tertawa lirih, "Enggak! Abang cuma kekenyangan!" ucap Arsenio sambil mengelus perutnya yang buncit akibat kebanyakan makan daging.

ARSENIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang