Arsenio yang memegang nampan baksonya mengerjapkan matanya, dirinya menatap Cello yang jatuh tepat di depannya dengan pandangan bingung.
"Lo ngapain tiduran di lantai, Cell?" Pertanyaan bodoh terlontar dari bibir Arsenio.
Belum juga sadar dengan apa yang terjadi teriakan seseorang memanggil namanya dan nama Cello pun terdengar, bersamaan dengan Aksa yang mendorong dirinya ke belakang untung saja mangkok baksonya jatuh tak mengenai dirinya.
"Lo nyelakain Cello lagi? Lo gak kapok njing!" Teriak Aksa menatap marah ke arah Arsenio.
Bintang dan Aska membantu Cello yang menangis tanpa suara dengan wajah yang terlihat menahan rasa sakit. Bajunya terlihat basah oleh kuah bakso dengan tangan kiri mengeluarkan darah karena terkena pecahan mangkok bakso.
Hero hanya diam melihat hal itu begitu juga Keenan.
"Gue gak tau apa-apa!" Sanggah Arsenio tak terima di salahkan.
Aksa yang mendengar hal itu merasa emosi, dikira dirinya bodoh apa pasti Arsenio yang membuat adiknya jatuh seperti itu. Tangannya terangkat untuk menampar Arsenio yang ada di depannya, Arsenio yang merasa tak siap pun memejamkan matanya tapi tamparan itu dihalangi oleh Reyhan.
"Siapa lo berani main tangan sama sahabat gue?" Tanya Rehan dengan nada sinis.
Reyhan dan juga beberapa teman sekelas yang cowok maju melindungi Arsenio.
Arsen membuka matanya dan melihat teman-temannya ada di depannya menghalangi Aksa yang akan melukainya.
"Gue baru tahu kalo lo selain goblok ternyata buta juga," ucap Saka menggelengkan matanya menatap prihatin ke arah Aksa.
Mendengar ejekan dari Saka pun Aksa merasa amarahnya semakin tak bisa dia tahan, "Maksud lo apa?"
Bimo sedikit maju, "Kalo di bahasa Indonesia itu ada peribahasa."
"Peribahasa apa tuh, Bim?" Tanya Saka dengan nada pura-pura penasaran.
"Gajah di pelupuk mata tidak tampak, semut di seberang lautan tampak. Ya kayak gini, kebenaran jelas-jelas ada di depan mata tadi dia malah gede-gedein masalah yang kecil. Cuma gegara Arsen ada di deket Cello yang celaka, tapi mereka nyalahin Arsen. Semua di kantin juga lihat Cello jatuh sendiri dan Arsen gak lakuin apa-apa," ucap Bimo dengan penekanan di akhir kalimatnya.
Perkataan Bimo yang terdengar jelas je seluruh penjuru kantin membuat beberapa siswa yang melihat kejadian tadi secara langsung pun setuju.
"Gue juga lihat kok Cello jatuh sendiri."
"Bener, dia jatuh sendiri."
"Nio kebetulan aja di belakang Cello."
"Gue lihat, Nio sama sekali gak salah."
Mendengar beberapa pembelaan yang diucapkan membuat Aksa merasa malu, ternyata Cello jatuh sendiri.
"See, lo bisa denger sendiri itupun kalo kuping lo budeg gak denger kejadian aslinya." Balas Rehan sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
"Gak semua apa yang terjadi sama adik lo itu salah Arsen! Mungkin aja itu semua terjadi gegara adik lo yang LEMAH itu, kesenggol dikit aja pasti langsung jatuh guling-guling!" ucap Surya sambil menunjuk ke arah Cello.
Arsenio tersenyum senang melihat teman-temannya yang membelanya, tak sengaja matanya melihat wajah Cello yang kesakitan juga menatap benci ke arahnya namun Arsenio pura-pura tak mengetahuinya.
"Jadi! Ketimbang lo bikin kambing hitam temen gue, mending lo bawa adik tersayang lo ke UKS takutnya entar dia tambah sakit deh. Entar lo nyalahin Arsen lagi deh," ucap Zaki sambil mengendikkan dagunya ke arah Cello.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSENIO
Teen Fiction[On Going] [BROTHERSHIP #02] [TRANSMIGRASI # 01] Zafran Arsenio adalah seorang remaja yang tinggal di panti asuhan yang terkenal akan kenakalan dan kecerdasannya. Bukannya terbangun di alam kubur tetapi Zafran Arsenio terbangun di tubuh seorang rema...