Arsenio menatap langit-langit kamar miliknya yang ada di mansion kakaknya, Setya. Malam ini dia menginap setelah merayakan keberhasilannya mendapatkan juara umum.
Jangan tanyakan apakah Arsenio meminta izin pada orang tuanya, tentu saja dia meminta izin tapi memang keluarga sialan tak ada satupun yang membaca pesannya namun dia tak terlalu memikirkan hal itu karena dia juga tak peduli. Dia hanya memberitahu jika dia menginap di tempat Hero, tak mungkin dia mengatakan kalo dia menginap di mansion Setya.
Arsenio melirik ke arah jam kecil yang dia taruh di atas nakas menunjukkan pukul 2 dini hari namun matanya enggan tertutup dan tak ada rasa mengantuk sama sekali. Entah karena kamar mewah yang baru pertama dia tempati atau bagaimana dia tidak tahu kenapa dia tidak bisa tidur malam ini.
Arsenio beranjak dari rebahan nya lalu berjalan menuju meja belajar yang di sediakan oleh Setya. Dia duduk di kursinya lalu mengambil buku asal dan sebuah pena.
Dia membuka buku itu lalu membuka penanya, tangannya mulai menulis poin-poin yang dia peroleh dari data yang tadi diberikan oleh Ricky. Dia mengetuk-ngetuk pena di meja sambil memikirkan hal apa yang harus dia lakukan.
Arsenio memikirkan rencana apa yang tepat untuk memberi pelajaran pada Cello dan keluarganya.
Sebuah ide terlintas di pikirannya, ide yang menurutnya bagus dan cocok untuk membalas Cello.
"Tapi apa mereka mau ngelakuin hal itu?" Tanyanya pada dirinya sendiri.
***
Arsenio turun dari tangga menuju ruang makan, dia sudah memakai seragamnya dan juga sudah siap untuk berangkat ke sekolah.
Senyum tersungging di bibirnya ketika melihat Setya, Hero, dan Ricky yang sudah duduk di kursi mereka masing-masing dan sedang menunggunya. Pemandangan yang jarang dia jumpai di keluarga Bagaskara.
"Good morning kalian!" sapa Arsenio seraya duduk di kursinya. Dia duduk di kanan Setya yang duduk di kursi tengah layaknya kepala keluarga sedangkan Ricky berada di sisi kiri Setya sedangkan Hero berada di sisi kanan Ricky.
"Pagi dek!"
"Pagi!"
"Pagi bang!"
Balasan sapaan yang berbeda-beda membuatnya tersenyum, mereka pun memulai sarapan mereka diiringi celetukan Ricky dan Arsenio.
Beberapa saat kemudian Arsenio telah menghabiskan sarapannya, matanya melirik ke arah tiga orang yang belum selesai menyantap sarapan mereka.
Jari Arsenio mengetuk-ngetuk meja makan dengan pandangan fokus ke piringnya yang telah kosong.
Tanpa sadar kegiatannya mengetuk-ngetuk meja makan menganggu ketiganya. Ketiga orang itu saling tatap menatap memberi gestur bertanya satu sama lain, merasa bingung dengan Arsenio yang terlihat memikirkan sesuatu itu.
Ricky yang tahan melihat kelakuan aneh abangnya itu tak tahan ingin bertanya.
"Lo kenapa bang?" Tanya Ricky membuat Arsenio kaget.
Dengan wajah kagetnya dia menoleh ke arah Ricky yang berada di hadapannya.
Arsenio menggelengkan kepalanya, "Gue gapapa!"
Setya mengerutkan keningnya mendengar ucapan adiknya itu, "Beneran?"
Arsenio yang ditanya seperti itu pun diam sebentar dia sedang berpikir apakah akan mengatakan rencananya saat ini atau nanti, sedetik kemudian dia menggelengkan kepalanya.
Hero yang melihat tingkah aneh Arsenio pun mengeluarkan suaranya, "Ngomong aja apa yang mau lo omongin."
Mendengar perkataan Hero membuat Arsenio kembali memikirkannya, sepertinya lebih cepat lebih baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSENIO
Teen Fiction[On Going] [BROTHERSHIP #02] [TRANSMIGRASI # 01] Zafran Arsenio adalah seorang remaja yang tinggal di panti asuhan yang terkenal akan kenakalan dan kecerdasannya. Bukannya terbangun di alam kubur tetapi Zafran Arsenio terbangun di tubuh seorang rema...