Setelah pergi meninggalkan Hero, kini Arsenio telah sampai di depan pintu kelas 11 IPA 6. Matanya melirik pintu kelas yang terlihat masih tertutup seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalamnya.
Tangan kanan Arsenio terulur memegang gagang pintu.
Ceklek.
Arsenio memutar gagang pintu lalu mendorongnya pelan. Dia memasukkan kepalanya terlebih dahulu untuk melihat kondisi kelasnya.
Matanya membulat, ia mendorong keras pintu kelas hingga terdengar bunyi benturan keras.
Bagaimana tak emosi dia, jika melihat kelasnya masih kosong melompong tak ada tanda-tanda kehidupan. Matanya melirik ke jam tangannya, ia memastikan jam tangannya tak mati terbukti dia masih bisa melihat detik jarum masih berputar.
"Anjer! Ini udah jam 6.50 tapi gak ada satupun temen Nio yang udah berangkat? Bangsat sekali!" Ucap Arsenio pada diri sendiri, sungguh ia ingin rasanya menggaruk dinding kelas.
Bagaimana bisa, mereka begitu kompak dalam hal seperti ini.
Arsenio melangkah menuju kursi tempat biasanya Nio duduk yaitu di meja pojok dekat tembok baris ke tiga.
Sungguh dia benar-benar lupa akan hal ini, dia dengan malas duduk di kursinya. Kira-kira mereka akan datang jam berapa pikirnya.
Arsenio duduk menyenderkan tubuhnya pada bangku dibelakangnya, sambil bersedekap dada dia mengetukkan ujung sepatunya pada lantai kelas sambil matanya menatap pintu kelas yang terbuka lebar.
1 menit.
5 menit.
7 menit.
10 menit.
Kring..kring..kring..
Bunyi bel masuk berbunyi nyaring membuat Arsenio menggelengkan kepalanya tak percaya.
Tak ada satupun yang masuk ke dalam kelas padahal sudah waktunya masuk kelas.
Memang ajaib kelas Nio ini, bisa-bisanya mereka membolos tanpa memberitahu dirinya.
Apa dia ikut bolos saja ya, pikirnya dalam hati.
Arsenio segera memakai tasnya lalu beranjak dari duduknya namun suara langkah kaki beberapa orang membuat Arsenio mengurungkan niatnya.
Dia melirik ke arah pintu untuk melihat siapa yang akan memasuki kelasnya.
Terlihat lima siswa laki-laki yang memakai pakaian yang jauh dari kata rapi berjalan malas memasuki kelas.
"Wohh, tumben banget si manja Nio udah berangkat," ucap salah satu dari mereka yang terlihat memiliki badan paling besar.
Arsenio menaikkan satu alisnya, ia tentu mengetahui siapa orang itu. Dia adalah Rehan, teman sekelasnya yang paling jahil, nakal dan bodoh. Terus teman-temannya yang lain adalah Zello, Renald, Yoga, Surya.
Tanpa menunggu balasan Arsenio, Rehan memberi gestur pada temannya yang lain untuk ke tempat duduk mereka yaitu paling belakang.
Setelah mereka berlima membutuhkan waktu 45 menit untuk melihat teman sekelasnya datang satu persatu hingga kini sudah cukup banyak siswa yang masuk.
Arsenio baru tahu kelas ini benar-benar seperti kelas buangan bagaimana tidak kelas ini hanya berisi 18 siswa yang terdiri dari 13 laki-laki dan 5 perempuan dimana seharusnya setiap kelas berisi 32 siswa.
Arsenio melirik pada teman sebangkunya yang sedari tadi sibuk bermain game, tentu saja Arsenio kenal siapa teman sebangkunya yaitu Bimo. Remaja dengan warna kulit sawo matang memiliki lesung pipi di kedua pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSENIO
Teen Fiction[On Going] [BROTHERSHIP #02] [TRANSMIGRASI # 01] Zafran Arsenio adalah seorang remaja yang tinggal di panti asuhan yang terkenal akan kenakalan dan kecerdasannya. Bukannya terbangun di alam kubur tetapi Zafran Arsenio terbangun di tubuh seorang rema...