D E L A P A N

34.6K 4.4K 570
                                    

Di pagi hari yang cerah ini, Arsenio sudah siap dengan seragam abu-abu putih milik Nio dilapisi jaket jeans. Setelah itu ia memakai sepatu kets berwarna hitam putih lalu mengambil tasnya, dia beranjak dari duduknya pergi keluar dari kamar.

"Hai kak! Ayo kita turun bareng!" Sapa Cello yang juga sudah mengenakan seragam miliknya.

Tanpa menjawab sapaan Cello, Arsenio meneruskan langkahnya. Dia meninggalkan Cello yang diam menatap kepergian Arsenio.

Aksa dan Aska yang baru keluar dari kamar masing-masing tentu melihat tingkah Arsenio mengepalkan tangannya, mereka lalu beranjak mendekati Cello.

"Yuk dek! Sama abang aja." Ajak Aksa diangguki oleh Aska.

Cello tersenyum manis lalu mengangguk, dia menggandeng tangan Aksa dan Aska lalu berjalan menuju tangga.

Arsenio sampai di meja makan netranya menangkap hanya ada roti dan sereal untuk sarapan pagi ini. Dan tentu saja Arsenio di kehidupannya yang lalu mana kenyang ia hanya makan roti, perutnya tak terbiasa. Harus makan nasi baru bisa kenyang.

"Bi! Bi Narti!" Panggilnya.

Bi Narti yang dipanggil berlari tergopoh-gopoh dari arah dapur.

"Ada apa den?"

"Tolong bikinin nasi goreng ya," ucap Arsenio yang dihadiahi tatapan bingung.

"Hehehe, lagi males makan roti Bi." Alibinya lagi karena ia tahu Nio tak pernah sarapan dengan makanan yang berat.

Mantep gak tuh, tadi malam makan nasi goreng paginya nasi goreng lagi namun mana peduli dia yang penting perut kenyang.

Anthony dan Ratna bergabung ke meja makan setelah itu Bang Setya turun dengan setelah kantor seperti Daddynya. Tak lama si kembar dan si Cello pun bergabung ke ruang makan.

Ratna dengan sigap mengoleskan selai pada roti lalu memberikannya pada Anthony, dia melakukannya pada semua anggota keluarganya namun saat memberikan roti itu pada Arsenio, tangan Arsenio lebih dulu terangkat, menolak.

"Saya akan makan nasi goreng," ucapnya membuat tangan Ratna berhenti bergerak.

Dia memandang sedih roti yang tak jadi dia berikan pada Arsenio.

"Sini mom buat Cello aja, Cello kurang kalo cuma satu tangkup," ucap Cello melihat raut sedih Ratna.

Aksa dan Aska yang melihat itu tentu saja merasa bangga memiliki adik seperti Cello berbeda sekali dengan Nio.

Anjir, dasar penjilat, batin Arsenio kesal.

"Ini den nasi gorengnya," ucap Bi Narti sambil memberikan sepiring nasi goreng yang disambut dengan senyuman Arsenio.

"Makasih Bi," ucapnya yang membuat semua keluarganya terperanjat kaget namun Arsenio tak peduli.

Salah satu dari mereka menatap Arsenio dengan pandangan yang tak dapat diartikan.

Dia sudah berubah

Arsenio segera menyantap sarapannya agar dia bisa secepatnya pergi dari rumah.

***

Arsenio turun dari mobil yang dikendarai sopir keluarga Bagaskara, tentu saja ia keluar sendirian karena Cello pastinya pergi bersama si kembar. Apalagi tadi ia melihat raut bersalah Cello yang tak bisa membujuk salah satu dari si kembar untuk memboncengkan dirinya. Dikira dirinya tak tahu kalo si Cello sebenarnya punya maksud lain, ia yakin Cello hanya ingin menunjukkan bahwa Aksa dan Aska tak pernah menganggap Nio ada dan mereka lebih memilih Cello.

ARSENIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang