E N A M B E L A S

30.5K 4.2K 935
                                    

Setelah mengajari teman sekelasnya, bel istirahat berbunyi. Hal ini tentu membuat mereka berseru semangat, begitu juga kelas Arsenio.

Mereka berseru karena mereka juga lelah harus belajar menguras otak seperti ini, Bimo mengulet pelan untuk merenggangkan ototnya yang sedari tadi duduk, mencatat dan mendengarkan Arsenio.

"Kantin gak Sen?" Tanya Bimo diangguki oleh Arsenio.

Kini semua teman sekelas Arsenio telah sampai di kantin, mereka sekarang menjadi lebih dekat dan akrab. Meja kantin bahkan mereka gabung hingga muat untuk delapan belas orang.

Hal ini tentu membuat semua siswa berdecih dan menatap tak suka melihat keakraban mereka, apalagi kelas mereka yang sering berbuat onar dan disebut kelas buangan.

Setelah memesan makanan, mereka pun makan dengan diselingi canda tawa dari mereka.

"Heh! Lo pada tahu gak? Kemarin si Citra terima cokelat dari gue," ucap Saka, cowok terkenal paling bucin diantara mereka.

"Halah, cuma diterima cokelatnya aja bangga," julid Bimo sambil menyantap baksonya.

"Ya iyalah bangga! Orang si Saka udah beberapa kali ngasih ke Citra tapi ditolak terus," ujar Serra dengan tawa di ujungnya.

"Anjer! Jangan terlalu berharap tinggi-tinggi Ka, kalo cuma doi nerima coklat lo doang!" ucap Arsenio membuat Saka cemberut.

"Lah emang kenapa? Takut jatuhnya ketinggian?" Tanya Saka sewot.

"Bukan! Takutnya ketinggian entar lo ketemu yang kuasa lagi!" Sambung Rehan sontak membuat yang lainnya tertawa.

"Bangke! Lo nyumpahin gue meninggal!" Sahut Saka tak terima sambil melempar kacang atom ke arah Rehan dan Arsenio yang kebetulan duduk bersebelahan.

Mereka kembali menyantap makanan mereka sambil bercanda ria, berbeda dengan meja yang dihuni si kembar, Cello, Bintang, dan Keenan.

Cello yang diapit oleh Aska dan Aksa lalu Keenan dan Bintang yang duduk di depan mereka, dimana posisi Keenan dan Bintang bisa melihat ke arah meja Arsenio di depannya.

"Ish! Tu sekelas rame banget sih! Kaya kantin tempat mereka aja!" ujar Aska dengan pandangan tak suka.

"Sejak kapan mereka begitu akrab dan kompak seperti itu?" Tanya Keenan melihat mereka.

"Palingan mereka cuma caper! Liat aja di sana udah ada king caper," ujar Bintang sambil menunjuk Arsenio yang sedang memakan batagornya.

"Kak Bintang jangan ngomong gitu! Kak Nio gak caper, dia cuma pengen perhatian dari kalian," ujar Cello menegur Bintang.

"Cello yang imutnya ngelebihin kakak, itu namanya caper! Padahal sifatnya kayak dajjal gitu, mana mau kita deket-deket sama dia. Apalagi dia sering nyakitin kamu," ucap Bintang sambil mengusap pelan rambut Cello namun langsung ditepis Aska.

"Jangan sentuh adik gue dengan tangan kotormu!" ucap Aska tajam membuat Bintang cemberut.

Aska dan Aksa sangat protektif dengan Cello, mereka tak ingin siapapun dekat dengan adik imutnya ini.

"Pelit banget! Cello juga adek gue! Iyakan Cell?" Tanya Bintang memastikan.

Cello yang ditanya tersenyum sambil mengangguk membuat rambutnya ikut bergoyang. Bintang menjadi gemas melihatnya.

"Karung mana karung? Biar gue masukin si Cello! Entah apa yang kalian lakukan di masa lalu hingga di masa kini kalian mendapatkan adik sepeti Cello? Cello jadi adek, kak Bintang aja ya?"

"Langkahin dulu mayat gue sama Aska," ucap Aksa membuat Bintang menelan ludah, bagaimana bisa dia melawan dua pentolan dari gengnya sendiri.

"Gak jadi, gue cabut omongan gue tadi," ucap Bintang dengan mulut terbuka sambil menghirup udara.

ARSENIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang