"ARSENIO!!"
Anthony berteriak marah ketika melihat kedua anak kembarnya jatuh tergeletak dengan wajah yang meringis kesakitan.
Arsenio menatap berani Anthony, "Apa? Mau marahin Nio? Tanya dulu siapa yang serang duluan. Atau kalo enggak, hukum Nio juga gak masalah, kan biasanya juga gitu. Mending sekarang urusin gih anak anda!"
Setelah mengatakan itu Arsenio berjalan melewati Anthony dan Ratna yang masih bergeming. Dia berjalan memasuki rumah meninggalkan mereka semua di halaman rumah.
"Kurang kenceng kamu mukulnya."
Mendengar hal itu, Arsenio menoleh melihat abangnya Setya sedang duduk di sofa mengerjakan sesuatu di laptopnya.
Arsenio mendengus mendengarnya, "Paling enggak yang satu retak tangannya. Abang gak kerja?" Tanyanya melihat Setya di rumah karena ini masih terlalu siang untuk abangnya pulang kerja.
Sekedar informasi Setya bekerja di perusahaan keluarga, dia menjabat sebagai chief executive officer atau ceo di Bagaskara group. Sedangkan daddynya kini tak bekerja lagi namun dia tetap mengawasi kinerja anak sulungnya, kadang-kadang dia akan pergi ke kantor untuk meninjau keberhasilan anaknya.
"Ini abang juga lagi kerja, kebetulan ada urusan sama Daddy tapi ternyata kamu malah bikin kehebohan," ucap Setya.
"Mereka duluan bang," bela Arsenio tak ingin disalahkan.
"Iya, Abang tahu. Gih ganti baju, kita bakalan pergi." Perintah Setya membuat kerutan di dahi Arsenio.
"Pergi? Pergi ke mana?" Tanya Arsenio semangat, seakan-akan hilang sudah rasa lelahnya.
"Nanti juga bakalan tahu, sekarang kamu ganti baju. Abang tunggu di halte depan kompleks." ucap Setya lalu menutup laptopnya dan membereskan dokumen-dokumen penting miliknya.
Setya membawa laptop dan dokumennya lalu berdiri, dia akan berjalan menuju Arsenio namun matanya menangkap siluet Anthony yang akan masuk ke dalam rumah.
Membuat Setya mengurungkan niatnya, dia berjalan melewati Arsenio begitu saja.
"Dad, abang ada rapat penting. Setya berangkat." Pamit Setya yang diangguki oleh Anthony.
Arsenio yang tentu sadar akan kehadiran Anthony pun segera melanjutkan langkahnya menuju kamar.
***
Arsenio kini telah berganti pakaian, menggunakan kaos hitam oversize dan celana panjang warna hitam, lalu memakai topi putih untuk menutupi surai silvernya. Setelah merasa penampilan rapi, Arsenio keluar dari kamar lalu turun ke lantai satu.Matanya melirik ke arah ruang tamu dimana hanya ada Aska yang sedang diobati oleh Cello. Diam-diam Arsenio menyeringai, dia tahu dimana Aksa dan kedua orang tuanya. Mereka pasti sedang ke rumah sakit untuk memeriksakan keadaan tangan si Aksa.
Aska yang melihat Arsenio turun membuka mulut namun Arsenio lebih dulu menyahut.
"Sstt..gak usah bacot. Kalo gak mau keadaan lo kayak si Aksa," ucap Arsenio menatap remeh Aska yang sudah siap membuka mulut, perhatiannya teralihkan ke tubuh setengah telanjang Aska yang di dadanya ada luka lebam karena tendangannya dan ia sangat puas.
"Kak Nio!" Teriak Cello dengan mata berkaca-kaca.
"Gak usah teriak gue di sini."
"Kenapa kak Nio mukul kak Aska sama kak Aksa? Mereka gak salah apa-apa. Kasihan mereka sekarang kesakitan terutama kak Aksa. Kak Nio gak kasihan?" ucap Cello pada Arsenio.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSENIO
Teen Fiction[On Going] [BROTHERSHIP #02] [TRANSMIGRASI # 01] Zafran Arsenio adalah seorang remaja yang tinggal di panti asuhan yang terkenal akan kenakalan dan kecerdasannya. Bukannya terbangun di alam kubur tetapi Zafran Arsenio terbangun di tubuh seorang rema...