S E P U L U H

34K 4.5K 589
                                    

Suasana kantin langsung hening menatap kejadian yang baru saja terjadi.

"Gila! Si Nio pasti sengaja tuh nabrak si Cello!"

"Kasihan Cello sampai mau nangis pasti kesakitan banget tuh!"

"Baru juga masuk udah ngebully aja,"

"Emang keterlaluan tu orang, pantes keluarganya milih Cello."

Bisik-bisik para siswa tentu semakin membuat suasana menjadi panas. Aksa dan Aska yang baru datang melihat Cello yang jatuh pun segera berlari diikuti oleh Bintang, Keenan, dan Hero.

"APA YANG KAU LAKUKAN BRENGSEK!!" Teriak Aksa pada Arsenio, dia mencengkram kerah seragam Arsenio.

Aska yang juga sama emosinya tapi dia masih memiliki akal sehat untuk membantu Cello berdiri, dia menatap kasihan Cello yang juga menatap pandangannya dengan berkaca-kaca.

Arsenio yang diteriaki tentu saja dia merasa emosi, dia tak tahu apa-apa namun sekarang dia yang dimarahi. Namun dia harus menahannya, Arsenio harus diam dia akan membiarkan Cello merasa dia menang.

"Sudahlah kak, mungkin kak Nio tak sengaja melakukannya," ucap Cello.

"Ku kira dia sudah berubah ternyata sama saja," celetuk Bintang sambil menatap sinis Arsenio.

"Nio! Cello itu juga adik kamu! Tapi kenapa kamu selalu jahat sama dia! Salah dia apa?!" Rahang Aksa mengeras membuktikan betapa emosinya dirinya. Dia tak habis pikir dengan Nio yang selalu melakukan hal-hal yang melukai Cello.

"Kamu sudah berkali-kali melukai dia tapi kamu gak pernah minta maaf sedikitpun! Kamu iri dengan Cello? Kamu iri karena dia bisa dekat sama kami! Harusnya kamu sadar, dengan kelakuanmu itu bukannya membuat kami suka tapi malah tambah benci!" Ucap Aska lalu membawa Cello pergi dari sana.

"Awas aja lo sampe ngelukain Cello lagi! Mungkin gue gak segan-segan nyakitin lo," ancam Aksa lalu pergi meninggalkan Arsenio diikuti oleh Bintang dan Keenan.

"Emang mata mereka buta ya! Masa gue sengaja nabrak Cello dan gue juga yang paling banyak kena kuahnya," gerutu Arsenio sambil mengibas-ngibaskan seragamnya yang basah.

"Ikut gue!"

Sebuah suara dan genggaman tangan membuat Arsenio mengangkat wajahnya, belum juga ia mencerna sesuatu Hero sudah membawanya pergi dari sana.

"Eh..eh, ngapain lo narik-narik gue kayak kambing gini," ucap Arsenio mencoba melepaskan cekalan Hero namun tak berhasil justru semakin kencang meski tak melukai tangannya.

Hero mengajaknya menuju lantai 4 dimana kelas 12 berada, banyak siswa maupun siswi yang melirik ke arah mereka berdua dengan raut penasaran karena hampir tidak pernah ketua Grevantos itu berurusan dengan pembully macam Nio.

Kini mereka telah sampai di loker milik siswa kelas 12, Hero langsung melepaskan cekalan tangannya yang sedari tadi ditunggu-tunggu oleh Arsenio.

"Ngapain lo narik gue ke sini," ucap Arsenio sambil mengelus pergelangan tangannya.

Tanpa menjawab pertanyaan Arsenio, Hero membuka loker yang diduga Arsenio adalah loker miliknya.

Belum juga dia tahu apa yang diambil oleh Hero, wajahnya sudah ditutupi oleh kain putih. Arsenio mengambil kain itu yang ternyata adalah sebuah seragam.

"Ganti seragam! Lo kayak tikus kecebur got!" ucap Hero lalu menutup loker dan pergi meninggalkan Arsenio.

"Bangke tu orang! Coba aja gue lebih hebat dari dia udah gue sikat," lirih Arsenio sambil mencengkram seragam milik Hero dan menatap kepergian Hero.

ARSENIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang