Di hari Arsenio menginap di mansion Setya.
Arsenio membaca dengan teliti kata setiap kata yang tercetak di dokumen yang dia pegang, tak ingin satu kata pun lolos dari matanya. Selembar dia baca lalu membaliknya untuk membaca lembar berikutnya hingga tak terasa lembar ke lima yakni lembar terakhir dokumen itu habis dibaca olehnya.
Seringai tipis tersungging di bibirnya namun lama kelamaan bibir itu terbuka seiring suara tawa terdengar memecah keheningan malam itu. Sungguh Arsenio tak mengira, tebakannya selama ini ternyata benar. Tinggal sedikit informasi lagi, maka semuanya akan jelas.
"Betapa bodohnya mereka, dibodohi oleh orang yang begitu mereka sayangi. Gue akui lo berdua mainnya rapi, tapi bangkai lama-lama bakal kecium juga, dan saatnya bangkai itu dimusnahkan," ucap Arsenio mengingat apa isi dokumen yang dia baca.
"Kayaknya tambah seru kalo gue bikin drama pertunjukan."
***
Arsenio turun dari tangga menuju ruang makan, dia sudah memakai seragamnya dan juga sudah siap untuk berangkat ke sekolah.
Senyum tersungging di bibirnya ketika melihat Setya, Hero, dan Ricky yang sudah duduk di kursi mereka masing-masing dan sedang menunggunya. Pemandangan yang jarang dia jumpai di keluarga Bagaskara.
"Good morning kalian!" sapa Arsenio seraya duduk di kursinya. Dia duduk di kanan Setya yang duduk di kursi tengah layaknya kepala keluarga sedangkan Ricky berada di sisi kiri Setya sedangkan Hero berada di sisi kanan Ricky.
"Pagi dek!"
"Pagi!"
"Pagi bang!"
Balasan sapaan yang berbeda-beda membuatnya tersenyum, mereka pun memulai sarapan mereka diiringi celetukan Ricky dan Arsenio.
Beberapa saat kemudian Arsenio telah menghabiskan sarapannya, matanya melirik ke arah tiga orang yang belum selesai menyantap sarapan mereka.
Jari Arsenio mengetuk-ngetuk meja makan dengan pandangan fokus ke piringnya yang telah kosong.
Tanpa sadar kegiatannya mengetuk-ngetuk meja makan menganggu ketiganya. Ketiga orang itu saling tatap menatap memberi gestur bertanya satu sama lain, merasa bingung dengan Arsenio yang terlihat memikirkan sesuatu itu.
Ricky yang tahan melihat kelakuan aneh abangnya itu tak tahan ingin bertanya.
"Lo kenapa bang?" Tanya Ricky membuat Arsenio kaget.
Dengan wajah kagetnya dia menoleh ke arah Ricky yang berada di hadapannya.
Arsenio menggelengkan kepalanya, "Gue gapapa!"
Setya mengerutkan keningnya mendengar ucapan adiknya itu, "Beneran?"
Arsenio yang ditanya seperti itu pun diam sebentar dia sedang berpikir apakah akan mengatakan rencananya saat ini atau nanti, sedetik kemudian dia menggelengkan kepalanya.
Hero yang melihat tingkah aneh Arsenio pun mengeluarkan suaranya, "Ngomong aja apa yang mau lo omongin."
Mendengar perkataan Hero membuat Arsenio kembali memikirkannya, sepertinya lebih cepat lebih baik.
"Oke deh, gue mau ngomong sesuatu abis makan, gue tunggu di ruang tamu," ucap Arsenio seraya meneguk air putih miliknya lalu beranjak pergi meninggalkan yang lainnya.
Mereka yang mendengar perkataan Arsenio yang sepertinya penting pun dengan cepat menghabiskan sarapan mereka. Setelah menghabiskan sarapan mereka langsung meneguk minuman mereka lalu segera menyusul Arsenio.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARSENIO
Teen Fiction[On Going] [BROTHERSHIP #02] [TRANSMIGRASI # 01] Zafran Arsenio adalah seorang remaja yang tinggal di panti asuhan yang terkenal akan kenakalan dan kecerdasannya. Bukannya terbangun di alam kubur tetapi Zafran Arsenio terbangun di tubuh seorang rema...