Chapter 3

78 17 84
                                    

•••••

DI sepanjang perjalanan pulang, kak Septiani terus saja memuji-muji Leo. Leo yang dipuji aku yang salah tingkah. Aneh kan? Apalagi kak Septiani aduh, gak tau deh.

"Fey, Leo tuh ya kalo udah gede nanti dan udah waktunya punya pacar pasti bakal memperlakukan ceweknya dengan baik. Kakak sih ngarepnya kamu jadi pacar Leo entar. Udah srekkk banget soalnya. Tapi namanya hati dan perasaan gak bisa dipaksa juga jadi kakak gak mengharuskan kamu sama Leo."

Ya ampun kak Septianiiiii, siapa sih yang gak mau???!!! Aku jelas mau lah. Andai ini sinetron aku bicara dalam hati pun pasti bisa didengar semua orang. Aku sudah dapat lampu hijau dari kakak tapi aku belum mendapat pertanda dari Leo langsung huhuhu.

"Fey, makan dulu yuk. Kakak tiba-tiba bm seblaknya Kevin deh."

Kak Septiani ini memang suka random. Gak aneh kalau tiba-tiba nyeletuk aduh pengen ini aduh pengen itu. Aku malah jadi terbayangkan kalau misal kak Septiani di masa depan hamil aku gak bakal kaget pas momen-momen ngidam. Udah biasa, orang dari gadisnya udah banyak mau ibarat orang ngidam mana suka tiba-tiba lagi. Itung-itung simulasi kan?
Aku selalu meng-iya-kan apa yang kak Septiani mau kalau bmnya lagi kumat.

"Kakak ngajak makan ya?" tanyaku dan ia mengangguk. "Yaudah seblaknya pake nasi."

Kak Septiani menyikutku pelan sambil tertawa.

"Hushh kamu! Seblak pake nasi. Whahahaha."

Cantik-cantik tapi ketawanya kayak bapak-bapak. Pernah gak sih ketawa gara-gara orang ketawa? Please, aku ngetawain kak Septiani yang lagi ketawa. Bukan kak Septiani kalo jaim. Dia itu... no jaim jaim club untuk good looking jadi ketolong.

Kak Kevin adalah teman sekampus kak Septiani. Kak Kevin membuka usaha warung seblak ini sudah genap satu tahun. Warung makannya bagus, kak Kevin pintar mengkreasikan interior dengan modern sehingga tempat usahanya ini sering dikunjungi oleh berbagai kalangan. Selain tempatnya wah, seblaknya juga juara dengan harga yang terjangkau.

"Sept, lo udah mau nyeblak lagi?" kak Kevin berkata sambil memasang ekspresi wajah penuh keheranan.
Sebuah tanya yang keluar to the point dari pengusaha muda seblak, dari kalimat tanyanya dapat aku tebak pasti belum lama kak Septiani sudah jajan seblak.

"Suka pedes banget gak kak?" tanyaku pada kak Kevin.
Kak Kevin langsung melirikku dan tersenyum.
"Eh ada si cantik Fiona. Biasa sih pesen pedesnya syka kisaran level sampe level 7. Gila gak tuh? Tapi kakak masukin 2 aja hahaha."

Aku mengangguk dan tersenyum sambil mengacungkan jempol atas tindakan kak Kevin yang patut aku acungi jempol demi kesejahteraan perut kakakku. Aku sangat berterima kasih tanpa aku minta kak Kevin sudah mengerti. Aku tidak melarang sama sekali kalau kak Septiani mau pedas hanya saja jangan sampai out of control kesetanan karena makan enak gak harus selalu pedas apalagi pedasnya yang berlebihan. Hati-hati wasir.

"Ih kok, Vin? Pantesan gue ngerasa kok seblaknya si Kevin enggak pedes kek biasanya gue mesen. Lah sama maneh dikurangin takarannya. Kasebeleun ih sia mah." Kak Septiani langsung menyembur kak Kevin dengan omelannya begitu tahu apa yang sebenarnya kak Kevin perbuat pada seblaknya kemarin-kemarin.

"Yaudah deh kak Kevin aku mau seblak yang biasa aku pesen. Oh iya kak Septiani pedesnya level 2 aja. Thanks kak."

Kak Septiani tercengang, ia mencubit lenganku karena mendahului memesan menu. Ya namanya juga ancang-ancang. Kalau dia sendiri yang pesan pasti levelnya edan-edanan.

"Kok gitu?! Gak bakal joss atuh kalo cuma level 2 mah, Fey."

"Kak Kevin, cancel aja. Kita mau pulang. Ayo pulang kak." aku menarik tangan kak Septiani.

REDAMANCYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang