•••••
AKU dan Leo berpisah di ambang pintu, yah kami tidak satu kelas.
"Nyesel gue asal ngomong waktu itu jadinya lo beneran sekelas lagi sama Dearjuna." gerutunya.
Kenapa Leo malah menggemaskan kalau ngambek begini? Aku tersenyum ingin hati tangan ini mencubit pipinya tapi apa daya gugup lebih dulu menguasaiku dan hanya bisa tertawa meledek untuk menutupinya.
"Kasian gak sekelas sama yang kenal hahaha." ledek Dearjuna kepada Leo.
Dearjuna yang baru tiba dan hendak masuk ke dalam kelas lantas memasang wajah sombong kepada Leo, membuat amarah Leo terpancing sejadinya. Padahal masih pagi, bisa-bisanya mereka memulai hari dengan beradu mulut walaupun ujung-ujungnya mereka tetap bercanda juga.
Walaupun begitu setidaknya kelasku dan Leo berdampingan. Masih dekat lah. Aku kelas 10 IPA 2 dan Leo kelas 10 IPA 3. Aku sekelas dengan Kirana, dan tentu saja aku tidak ingin melewatkan kesempatan untuk kembali menjadi teman sebangkunya.
Usai meletakan tasnya, Dearjuna menghampiri aku, Leo dan Kirana. Bel masuk belum berbunyi membuat kami berempat leluasa untuk berbincang di depan kelas.
Sedang asyik berbicang, tiba-tiba ada sesuatu yang jatuh. Gantungan tas berbentuk boneka? Leo yang kebetulan dekat kemudian ia mengambilnya dan mencari siapa pemilik benda lucu itu."Kayaknya punya yang barusan lewat deh." ujarku saat melihat seseorang berambut panjang menggendong tas melewati lorong kelas 10 IPA. Seperti tidak asing, karena sering melihat ketika kegiatan Pramuka lalu. Aku yakin itu kakak kelas.
Pandangan kami berempat tertuju ke orang tersebut. Nampak memperhatikan sesuatu, tak lama setelah itu Leo semakin yakin dengan bagian pengait yang masih terpasang pada risleting tas anak perempuan itu.
"Mbak... mbak... ini anunya jatuh." teriak Leo sambil mengejarnya.
Aku dan Dearjuna saling pandang dengan tatap yang sama-sama menahan tawa.
"Mbak?" ucapku dan Dearjuna kompak berbisik.
"Kenapa harus anunya banget sih?" kali ini Kirana yang bersuara.
Kali ini kami bertiga yang tertawa karena kerandoman Leo di pagi hari.
Sedang asyiknya mentertawakan Leo, Kirana seperti terkejut saat melihat wajah anak perempuan tadi.
"Rosalyn Paola Carabella?" gumamnya dengan suara yang teramat pelan.
Aku lantas spontan berkata hah? Kok dia bisa ingat dengan lengkap sih nama kak Rosalyn yang panjang itu?
"Kenapa tiap liat kak Rosalyn kamu selalu masang wajah cemas gitu?" tanyaku pada Kirana.
Kirana menggelengkan kepalanya dan tersenyum kecut.
"Enggak." jawabnya.
Jarak antara kami bertiga dengan Leo dan seseorang yang bernama kak Rosalyn itu cukup jauh.
"Kenapa manggil mbak deh?" aku dapat mendengar percakapan antara Leo dan kak Rosalyn.
Leo tampak kebingungan. Ia memasang wajah kikuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
REDAMANCY
General Fiction••••• Aku tidak menginginkan luka, namun ... rasa ini terlanjur membara. Rasa yang tak pernah surut dan harapku tak pernah hanyut. Tak pernah bisa aku hempas, padahal sudah jelas mendera harap dan cemas. ••••• ©️®️ Cover Credits : Desaign from Can...