Chapter 13

47 12 62
                                    

•••••


PENAMPILAN yang Leo persembahkan tadi berhasil membuat banyak orang terkagum-kagum. Bahkan aku melihat ada kakak kelas dari grup band mengajaknya untuk bergabung di ekskul kesenian. Nyali Leo benar-benar bukan main besarnya, tahu tidak dia bilang apa? Dia menolaknya tapi dengan alasan yang logis.

“Jujur, aku mau gabung sih kak. Tapi aku takut gak bisa bagi waktu apalagi band kan dilakuinnya per kelompok. Nah, aku udah ada rencana mau ikut organisasi Paskibra sama Pramuka. Aku takut jadi penghambat dalam grup, tapi kalau aku diberi kesempatan untuk tampil saat ada acara apa-apa di sekolah, wah bakal seneng banget dan terlalu sayang buat dilewatkan begitu saja.” Leo berkata panjang lebar tanpa menghilangkan senyum sedikit pun.

Sejauh ini dia orang keren yang pernah aku temui, sebelum kenal Leo aku belum menemukan orang sekeren dia baik dalam penampilan maupun attitude. Dia terlalu keren menurutku dan aku yakin, pasti saat malam api unggun pada acara hiburan ia akan mempersembahkan sebuah penampilan. Aku berani jamin itu!


🦁🦁🦁🦁🦁

“Fio, lo nyatet kan? Menurut gue sih gak usah semua anggota kelompok nyatet. Satu regu satu catetan juga cukup, biar apa ya? Kalo kata gue mah biar yang nyatet fokus nyatet yang lainnya fokus nyimak nah nanti saling koordinasi satu sama lain antara si pencatat sama yang nyimak buat saling ngoreksi. Tapi, terserah sih kalo mau pada punya catetan masing-masing juga.”

Pembagian regu dibentuk berdasarkan tempat duduk, satu baris terdapat 5 meja. Jadi, anggota regu ada 10 orang, 6 laki-laki dan 4 perempuan.

Kalau reguku, tentu saja aku satu regu dengan Leo, Dearjuna dan Kirana. Sisanya 6 orang lagi akan berkenalan dan akrab seiring berjalannya waktu dan kegiatan ini.

Leo bilang kepadaku, memang acara pramuka seperti ini terdengar akan melelahkan tapi percayalah kalau timnya solid dan mau menyampingkan ego, akan terasa menyenangkan. Ia percaya dan mengatakan akan berani bertaruh kalau kerja sama tim akan nampak jelas saat menjelajah esok hari. Begitu pula dengan sisi egonya akan terlihat jelas.

Usai mencatat segala persyaratan yang telah disebutkan oleh kakak bantara, kebetulan yang bertugas mencatat itu semua adalah aku karena Dearjuna membuka diskusi siapa yang akan menjadi pencatat dari regu kami selama kegiatan berlangsung. Dan... Dearjuna pula yang membuka kartu bahwa semasa SMP aku adalah sekretaris di OSIS sehingga banyak yang bersuara dari 10 orang ini mempercayakan aku sebagai pencatat. Leo mengajukan dirinya sebagai pemimpin regu, teman-teman yang lain juga nampak senang Leo memberanikan diri untuk memimpin kami. Semakin salut tidak sih? Disaat regu lain saling menunjuk satu sama lain untuk seorang pemimpin regu.

“Fio, saya sama kamu nanti pulang sekolah cari kayu bakar dulu. Saya tahu tempatnya dimana yang jual kayu bakar murah dan bagus udah gitu satu iketnya banyak lagi. Yang lain boleh pilih mau ambil tugas siapin apa dan sama siapa partnernya, kalau ada kesulitan tolong bilang ke saya biar kita cari penyelesaiannya bareng-bareng.”

Leader Leo is back setelah kurang lebih satu tahun  aku tidak melihat sisi kepemimpinannya ini usai even baris berbaris lalu selesai. Tidak heran sih di SMP banyak adik kelas yang mengagumi seorang Marva Leo.

“Guys, aku udah bikin grup chat. Silahkan kalian gabung dengan klik link.” Ujar Dearjuna tiba-tiba.
Leo menjetikkan jari dan memberikan Dearjuna acungan jempol  atas ide briliannya yang dapat mempermudah komunikasi. Ujung-ujungnya mereka saling memuji salah tingkah satu sama lain.
“Mereka berdua ini pemimpin guys, yang satu komandan paskibra satu lagi ketua osis.” Kataku menjadi penengah sekaligus memberi tahu kepada teman-teman satu regu. Leo dan Dearjuna? Wah, mereka semakin tersipu malu atas ucapanku.

REDAMANCYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang