Chapter 18

64 10 32
                                    

•••••

MAKAN dengan kecepatan super seperti sudah melekat dalam diriku, yah mungkin efek Pusdik kemarin yang semuanya serba pakai waktu yang ditentukan. Begitu pula dengan Leo kami sama-sama menghabiskan bubur dalam waktu yang bisa dibilang hanya 5 menit saja. Apalagi makan bubur tidak serepot makan nasi padang dan rendang, semakin mudah dan semakin cepat.

"Kirana, gue sama Fio duluan ya. Bye." Leo buru-buru berdiri dari posisi duduknya.

Aku yang masih meminum seperempat air teh hangat tersisa lantas sedikit tersedak karena Leo yang nampal buru-buru itu.

Aku menyusul Leo, ia tengah membayar 2 porsi bubur. Aku melambaikan tangan kepada Kirana dan pamit.

Leo memegang pergelangan tanganku. Aku menarik-narik ujung jaketnya tak lama ia menoleh.

"Apa Fio?" tanya Leo kepadaku.

"Gak usah megang kek gini juga." aku berbisik membuat Leo mengkerutkan keningnya.

Bukannya melepaskan pegangannya pada pergelangan tanganku, ia malah beralih pada telapak tangan dan menggenggamku. Jelas aku salah tingkah dibuatnya justru salah tingkah itu membuat Leo merasa puas dan tersenyum senang.

"Gini maksud lo? Ngomong dong mau pegangan tangan, Fio." Leo semakin ngaco.

Aku menengok ke kiri dan ke kanan lalu menoleh ke belakang dimana beberapa orang termasuk Kirana sedang menyantap bubur. Tak sedikit sejumlah pasang mata menatap kami berdua, termasuk Kirana yang diam-diam tersenyum menggodaku.

"Malu tau diliatin banyak orang."

“Oh lo malu? Yaudah maafin gue ya. Hehehe. Btw, lo makin item ya?” Leo ternyata menyadari perubahan kulitku usai Pusdik selama 3 hari.

Apa kabar nanti, kalau aku lolos tahap 2 ketika seleksi dan menjadi Paskibraka? Terbayang kan bagaimana latihannya, tapi ingat... Paskibra tidak takut panas tidak takut hujan.

Sepertinya aku menjadi manusia organisasi sekarang, baru selesai Pusdik dan seleksi tahap 1, aku sudah merencanakan apa saja yang harus aku persiapan untuk LDKS (Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa) dan besok tepatnya hari Senin usai pulang sekolah aku akan mengikuti serangkaian tes seperti tes tulis dan kemudian wawancara.

“Fio, nanti siang lo free gak?” tanya Leo kepadaku.
Aku terdiam saja tidak menjawab apa-apa.

“Mau nonton netflix di rumah gue gak?” tanya Leo lagi kali ini tanya itu adalah sebuah tawaran. Sejujurnya, aku suka menonton tapi aku ingin membaca buku-buku tentang kepemimpinan takutnya besok aku tidak bisa menjawab ketika seleksi kepengurusan OSIS.

Pada akhirnya aku menolak tawaran itu dan untungnya Leo mengerti akan alasanku, aku dan Leo berkeliling kota yah hanya jalan-jalan saja sambil mengobrol ini dan itu. Kalau ada jajanan yang menarik mata, ia memberhentikan motornya dan membelikan aku jajanan tersebut.

Disinilah kami sekarang untuk diam sesaat sambil menikmati telur gulung, aku dan Leo duduk dibawah naungan pohon yang rindang dan menyejukan dengan angin sepoi-sepoi pada pagi hari yang menuju siang. Ditemani dengan hangatnya matahari pukul 09.00, kami berbincang ringan. Ia membahas tentang tidak akan melanjutkan keorgnisasian Paskibranya di SMA ini dengan alasan karena yah gagal sejak awal untuk menjadi Paskibraka. Aku sudah berusaha menenangkan karena sakit siapa yang ingin dan membujuk Leo agar tetap di Paskibra.

REDAMANCYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang