●●●●●
AKHIR pekan pun tiba, dimana hari Minggu ini telah di agendakan untuk liwetan bersama anggota Paskibra. Aku sih sudah siap dengan pakaian yang seadanya dan sopan tentu saja.
"Permisi..." ini suara Marva Leo, aku sangat tahu betul.
"Teh Fey! Hayuuuu." teriak Haikal cukup nyaring dari luar. Loh, ada Haikal juga?
"Teh Fiona ameng yuuuuk." Ini suara Rama kok khas anak kecil ajak temennya main sih?
Kak Septiani yang tengah duduk santai di sofa menikmati hari Minggunya lantas menoleh dan tersenyum kepadaku.
"Itu cowok-cowok mau ajak kamu dating di weekend ini?" candanya. Tentu saja segera aku sanggah pernyataan itu.
"Enggah ih, kak. Mau liwetan di rumah Haikal. Perayaan atas kemenangan lomba baris berbaris kemarin." aku mencoba menjelaskan guna meluruskan yang berpotensi salah paham.
"Oooh, pantesan ada suara Marva Leo."
Kak Septiani selalu menyadari keberadaan Leo, begitulah ia kalau sudah kagum pasti paling bisa notice. Aku juga suka begitu sih akhir-akhir ini, seperti apa ya emmm untuk hal sepele seperti parfum Leo memori hidungku menyimpannya dengan baik. Aromanya dapat tercium dan hidungku langsung mengidentifikasikannya menyampaikan informasi itu ke otak dan ingatan-Ini Marva Leo-kemudian terkonfirmasi lah. Walaupun tanpa melihat, aku pasti tahu ada Marva Leo hanya bermodalkan aroma khasnya. Ajaib ya?
"Kak, aku berangkat dulu ya. Cuma di blok sebelah doang kok." aku tetap pamit.
"Ya kakak udah tau." ujar kak Septiani dengan santainya.
Belum sempat aku tanya, karena aku masih dalam keadaan nge-bug begitu kak Septiani melanjutkan perkataannya.
"... dari Leo lah. Tadi jam 6an kirim chat ke kakak. Yaudah gih berangkat sana. Temen-temen udah nunggu juga."
Aku belum sepenuhnya pulih dari nge-bug berjalan dengan kaku menuju keluar.
"Hai maaf ya jadi nungguin. Padahal gak usah disamperin gini atuh ih, mana rombongan lagi. Rumah Haikal kan deket." kataku merasa tidak enak.
"Santai aja atuh tèh, lagian ini juga diajakin kang Leo." -Rama.
"Hooh takut enggak datang ceunah Overthinking gitu padahal masih pagi dasar kang Leo." gak kompor gak Haikal.
Baru saja melangkah dan membuka pintu gerbang, adikku berlari menghampiri dan berteriak memanggilku.
"Kak, ini kata kak Septiani beli cemilan buat dimakan bareng temen-temen." ucap Farel sembari menyerahkan selembar uang bergambar presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama.
Entah kenapa antara Leo dan Farel saat bertatap mata, mereka seperti sama-sama tercengang.
"Cie Farel ketemu lagi sama si Aa yang jajanin." goda Haikal pada Farel.
Kini Farel dan Leo saling melemparkan senyum satu sama lain. Oh jadi Leo yang membayar jajanan Farel saat itu.
"Farel, mau ikut enggak makan nasi liwet di rumah aa Haikal? Banyak orang loh, pasti seru banget." ajak Leo dengan tulus.
KAMU SEDANG MEMBACA
REDAMANCY
Ficción General••••• Aku tidak menginginkan luka, namun ... rasa ini terlanjur membara. Rasa yang tak pernah surut dan harapku tak pernah hanyut. Tak pernah bisa aku hempas, padahal sudah jelas mendera harap dan cemas. ••••• ©️®️ Cover Credits : Desaign from Can...