Extra Part Redamancy
Notes : dibaca ulang ya gais ini aku udah perbaharui versinya yang altetnate ending ini. Kan kemaren baru 1 babak. Ini udah full. Happy reading. Huhuy. Semoga suka yahhh!
; Tentang Jinan, Johnny & Chelsea-Jinan’s pov
Disinilah para muda-mudi menikmati kebebasannya. Dengan musik yang berdentum dengan sukacita seolah lupa akan penat seharian yang telah di jalani. Aku belum legal untuk berada di dunia malam ini, namun aku bisa memanipulasinya dengan dandanan menor yang berkesan membuatku terlihat lebih berusia dari aslinya berkat tangan ajaib sahabatku, Chelsea yang seorang make up artist dan juga kartu identitas milik kakakku yang sudah berhasil aku ambil secara diam-diam.
Kemampuan Chelsea dalam bermake up tak perlu diragukan lagi, orang dapat tertipu dan mengira bahwa aku dengan orang yang dalam kartu pengenal masih orang yang sama. Aku dan Chelsea seperti apa ya kabel dan kepala charger mungkin, aku yang seorang model pendatang baru merasa cocok dan nyaman di poles oleh tangan lihai milik Chelsea meskipun kami sama-sama masih merintis, tapi aku percaya diri dan yakin suatu hari kemampuan kami akan diakui oleh banyak orang.
Chelsea dan aku memang terpaut usia tapi pertemanan kami tidak mempermasalahkan akan itu. Chelsea yang semasa mudanya menghabiskan banyak waktu untuk studynya dan tiba-tiba di usianya yang telah menginjak 32 ia tertarik dengan dunia make up artist dan mulai menekuninya.
“Jinan hey!” sapa seseorang yang baru datang menyusul aku setelah memparkirkan mobilnya di klub malam ini dan langsung menghampiriku kemudian duduk bergabung bersamaku yang sebelumnya duduk sendirian.
Aku menuangkan wine yang sudah aku pesan ke gelansya yang kosong. Sebelum menenggaknya, tentu saja kami melakukan cheers terlebih dahulu.
“Problem?” tanyanya kepadaku seperti yang sudah paham setiap aku datang ke tempat ini pada tengah malam.Aku menghela napas sambil tersenyum hambar yang dengan segera aku peroleh tepukan darinya pada pundakku untuk menenangkan.
“My dad, Chel,” jawabku lirih. Entah dia merasa bosan atau tidak, Chelsea selalu mendengar keluhku tentang itu. Always about my dad.
.....
Aku memiliki kemampuan yang cukup tinggi untuk toleransi pada alkohol. Tidak seperti Chelsea yang sudah terkulai lemas dan beberapa menit yang lalu suaminya menelpon untuk menyuruhnya pulang dengan taksi yang sudah ia pesankan untuk Chelsea. Awalnya Chelsea merengek kenapa tidak sang suami saja yang menjemput namun Chelsea akhirnya menurut juga entah apa yang telah dibujuk oleh sang pria sampai Chelsea bersedia pulang. Kini tersisa aku sendirian disini di tengah keramaian.
Di sela-sela aku menikmati alkohol milikku, seorang pria duduk menghampiriku dan menyapa.
“Gadis yang pandai berkamuflase.” Ucapnya.
Wait... what? How?Johnny? Aku pernah melihatnya dari wallpaper ponsel Chelsea yang sedang menikah. Aku tahu namanya ya Chelsea yang bercerita tentangnya.
Melihat ekspresi terkejutku dia terkekeh. Pria berambut gondrong yang mengenakan kaus putih lengan pendek dan celana blue jeans itu langsung berdehem sejenak sebelum berbicara.
“Meskipun kau sudah berusaha menutupinya dengan make up, tubuhmu begitu jelas di mataku wahai gadis belia.” Lihat dia berbicara sangat santai sekali.
“Oh.. uhm no, sir.” Jawabku kikuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
REDAMANCY
General Fiction••••• Aku tidak menginginkan luka, namun ... rasa ini terlanjur membara. Rasa yang tak pernah surut dan harapku tak pernah hanyut. Tak pernah bisa aku hempas, padahal sudah jelas mendera harap dan cemas. ••••• ©️®️ Cover Credits : Desaign from Can...