Chapter 15

55 10 28
                                    

•••••

Tiba-tiba saja ponselku berdering. Saat aku melihat dari layar ponselku tertulis Kak Kevin.

Baik aku maupun Leo kami sama-sama canggung sejadinya.

Leo menjauh dariku dengan langkah yang sedikit kaku.

"Angkat. Siapa tau penting, lo mau gue bikinin dessert apa?" tanya Leo salah tingkah.

"Apa aja, samain kayak lo. G...gue angkat telpon dulu." jawabku tak kalah gugup.

Lagian kenapa dia harus so soan memperagakan apa yang dia baca dari novel sih? Udah tau sama-sama masih dibawah umur.

🦁🦁🦁🦁🦁

Saat ini aku sedang berada di toilet perempuan, usai
membasuh wajah dan kini mencuci tangan.

"Tolong... buka... buka..." aku mendengar suara seseorang berteriak sambil memukul pintu dari dalam kamar mandi, aku yang sedang membilas wajah karena kantuk yang menyerang seketika terdiam untuk memastikan apakah pendengaranku tidak salah.

Benar saja, suara itu semakin nyaring ketika aku hening dan menutup kran air. Dari suaranya, aku merasa tidak asing.

Suara itu berasal dari toilet yang paling ujung sekali dan jauh dari keramaian, kok ada orang yang berani pakai toilet paling pojok? Dengan langkah yang was-was aku menghampiri dan suara itu semakin jelas sesekali aku dapat mendengar isak tangis.

"Kamu kekunci?"tanyaku memberanikan diri.

"Tolong buka." Ucapnya lirih.

Tapi aku tidak menemukan kunci yang dapat membuka pintu tersebut, aku mencoba mendorongnya dengan tubuhku yang tidak terlalu besar tenaganya dan nihil tak sedikit pun menghasilkan apa-apa.

"Sebentar ya, aku panggil temen yang lain. Disini gak ada kuncinya, udah aku dobrak gak bisa. Terlalu susah. Kamu jangan takut ya." Kataku berusaha menenangkan.

Tanpa harus menunggu apa-apa lagi agar tidak lama, aku segera berlari ke kelas dan meminta bantuan kepada Leo juga Dearjuna. Aku yang berlari sekencangnya membuat tak sengaja menabrak seseorang yang tengah berjalan berlawanan arah denganku.

"Eh hati-hati dong kalo jalan, elo tuh ya." Katanya sambil menunjuk aku. Tidak sopan tapi ah sudahlah.
Aku hanya meminta maaf sambil menepuk pundaknya yang sempat bertubrukan dengan pundakku.

"Nay, gue beneran minta maaf gak sengaja. Gue buru-buru banget. Sekali lagi sorry ya Nayla." Kataku sambil berlalu pergi dan lanjut berlari.

Orang yang aku tabrak itu teman sekelasku juga, Nayla. Dia itu judes banget.

Begitu aku sampai di ambang pintu kelas, aku dapat melihat Dearjuna sedang bermain gitar bersama Leo.

"Jun, Leo. Tolongin gue dong." Kataku sambil menarik lengan baju Leo dan Dearjuna.

Mereka seketika langsung menghentikan aktifitasnya, sejujurnya aku merasa tidak enak menganggu kesenangan mereka tapi aku juga butuh tenaga mereka berdua untuk menolong seseorang.

"Hah? Kamar mandi cewek?"tanya Dearjuna memastikan.

"Kenapa gak minta kunci cadangan aja sih ke penjaga sekolah?"tanya Leo. "Daripada rusak fasilitas." Tambahnya lagi.

REDAMANCYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang