•••••
FIONA mendapat sebuah foto yang dikirim dari Narendra atau yang sering dipanggil Indra itu yang katanya mendapati Leo tengah berkumpul di tempat yang biasanya dipakai balap liar. Kebetulan Indra sedang dalam perjalanan pulang dari cafe milik orang tuanya.
Fiona memasukan dompet dan ponsel ke dalam slingbagnya dan dengan tergesa-gesa membawa kunci motor milik Septiani yang biasa ia gantungkan di tempat biasa dekat kulkas. Ia meminjam motor kakaknya tanpa permisi karena keadaannya sudah malam sekali hampir tengah malam. Pertama kakaknya sudah tidur kalau dia berbicara kepada kakaknya meminjam motor dan keluar. Kedua, sudah pasti dan jelas Septiani tidak akan memberinya izin keluar sendirian hampir tengah malam membawa motor pulang.
Yang terbayang di kepala Fiona adalah Septiani berkata, "Takut begal ih."
Jadi, yasudah Fiona pergi begitu saja dengan menyalakan motor ketika diluar gapura komplek perumahan saja agar tidak ketahuan oleh sang kakak.
Fiona melajukan motor dengan kecepatan tinggi begitu posisinya sudah jauh dari rumah. Dengan berpatokan sharelok yang dikirimkan Indra, Fiona langsung menuju ke alamat.
"Lo aja bingung, Ndra kenapa Leo jadi gini. Apalagi gue." Fiona berbicara sendiri.
Hanya perlu menghabiskan sekitar 10 menit perjalanan, Fiona tiba di tempat Leo berada.
Benar saja para pemuda dengan motor-motor mewahnya yang berjejer rapi tengah berkumpul disana.
Fiona memarkirkan motornya di sebrang tempat Leo berkumpul, ia melepaskan helmnya tanpa memperdulikan rambutnya yang menjadi kusut dan berantakan.
"LEO!" teriak Fiona.
Semua mata tertuju pada Fiona yang tengah berlari ke arah Leo. Leo yang sedang mengegas motornya lantas menoleh ke arah sumber suara.
Fiona melepaskan helm Leo secara paksa dan menarik-narik jaket kulit milik Leo.
"Lo ngapain sih begini-begini Leo? Lo gila ya?! Mau cari celaka, hah? Ayolah ini bukan Leo yang gue kenal. Lo siapa sih?! Lo kesurupan apa kesambet? Kenapa jadi nakal begini?!"
"Minggir Fiona." Untuk pertama kalinya Leo menatap Fiona dengan tatapan yang hendak mengeluarkan amarahnya namun nampak ia tahan.
"Kenapa?! Lo mau marah? Marahin aja gue. Bentak gue." Fiona malah menantang kepada Leo.
Leo memalingkan pandangan sambil berdecak kesal.
"Kenapa? Lo kesel karena gue nahan-nahan lo?!"
"Awas Fiona, jangan bikin acara ini waktunya terulur karena lo." Leo mendorong pelan Fiona agar ke pinggir.
Akan tetapi Fiona kembali ke tengah-tengah dan malah duduk selonjoran disana. Bodo amat dan persetan dengan semua tatapan teman-teman Leo yang tertuju batinnya dan memang semua teman Leo menatap dirinya dan Leo secara bergantian.
"LO MAU KELINDES?! MINGGIR FIONA JANGAN GILA LO!" Leo sudah kehabisan sabar dan berakhir dengan membentak Fiona.
"LO YANG GILA LEO!" Fiona balik membentak Leo dan terus berusaha membujuk agar Leo tidak mengikuti balapan liar yang membahayakan ini.
🦁🦁🦁🦁🦁
P
ara pengurus OSIS tengah melakukan wawancara untuk seleksi kepengurusan masa jabat berikutnya. Fiona duduk disamping Jeffrey.
Sudah 12 siswa kelas 10 yang selesai mereka wawancara.
"Yang barusan keluar ngeliatinnya ke kamu mulu. Liat aku pas dengerin pertanyaan. Giliran dia jawab pertanyaannya liat kamu." Jeffrey berbicara tentang Lais Janu.
KAMU SEDANG MEMBACA
REDAMANCY
Fiksi Umum••••• Aku tidak menginginkan luka, namun ... rasa ini terlanjur membara. Rasa yang tak pernah surut dan harapku tak pernah hanyut. Tak pernah bisa aku hempas, padahal sudah jelas mendera harap dan cemas. ••••• ©️®️ Cover Credits : Desaign from Can...