•••••
TANPA menunggu lama lagi setelah tiba di Bandung, esok harinya setelah kepulanganku dari liburan dan istirahat yang cukup aku segera mengajak Leo bertemu. Aku tahu Leo pasti luang apalagi di hari libur seperti ini.
Aku mengajaknya bertemu di tempat makan favorit kamu karena kebetulan sedang ada promo jadi lumayan.
"Lo mau makan apa?" tanya Leo dengan pandangan yang terfokus pada papan menu. Antrian masih panjang tapi Leo selalu mempersiapkan akan memesan apa sebelum tiba giliran.
Aku ikut menatap papan menu yang besar itu dan berpikir ingin makan apa.
"Biasa deh, kentang sama es krim aja udah." kataku pasrah.
Leo menatapku dan berdecak.
"Lagi promo ini ayo lah makan yang lain juga. Menu yang lainnya samain kayak gue ya? Gue percaya perut lo bakal muat nampung." katanya sepihak tanpa menunggu persetujuan dariku.
Ya terserah saja terserah bagaimana ingin Marva Leo.
Leo menyebutkan menu yang ia pesan untuk 2 orang tapi pesanannya sudah seperti untuk rombongan. Dia yang selalu bilang jangan lupa hemat kalau sudah mendapat transferan tapi dia juga yang melanggar dan dia sendiri yang kalap.
Aku dan Leo membawa nampan makanan masing-masing. Penuh sampai-sampai banyak yang menatap kami, anak sekolah makan banyak tapi tak apa hahaha.
Begitu kami sudah mendapatkan tempat duduk yang menjadi favorit kalau makan di tempat ini, aku mengeluarkan 2 buah notes yang aku beli saat berlibur.
Mata Leo nampak berbinar dan senang melihatnya.
"Suka gak?" tanyaku meminta pendapat Leo.
Belum ada respon dari Leo karena ia masih menatap dan memegang sambil membolak-balik notes dariku dengan mata yang semakin berbinar.
"Suka banget Fio. Ya ampun makasih banyak."
Aku senang kalau hadiahku disukai Leo.
"Jaga baik-baik ya calon penulis di masa depan. Tulis apapun yang mau lo ungkapin disana." kataku sambil melahap satu gigit paha krispi.
"Bisa gak ya gue jadi author terkenal kayak J.K Rowling?" tiba-tiba Leo bertanya seperti itu.
Aku menatapnya dalam-dalam.
"Ya bisa lah! Lo bisa jadi the next Tere Liye... Lo bisa jadi J.K Rowling versi Bandung. Gue aja percaya sama berbagai kemungkinan dan keajaiban, masa lo enggak. Jangan pesimis dulu. Oke?" aku kalau sudah menyemangati Marva Leo selalu dari lubuk hati paling dalam.
🦁🦁🦁🦁🦁
Tingkat akhir sekolah itu terasa singkat tidak sih? Karena ya full belajarnya saat 6 bulan semester awal, semester berikutnya sudah diserbu berbagai simulasi dan try out. Tahu-tahu ujian betulannya di depan mata karena terbiasa latihan ujian. Ujian Sekolah yang kemudian dilanjut Ujian Nasional huftt. Waw, masa putih biruku akan segera berakhir.
Aku memiliki impian semoga aku bisa masuk ke SMA yang aku inginkan. Aku sangat ingin bersekolah di SMA 127 Lembang.
Akhir-akhir ini baik aku maupun Leo sama-sama sering meminjam buku ke perpustakaan, bahkan akhir pekan sering diisi dengan belajar berkedok nongkrong entah itu di cafè atau food court ya agar enjoy saja sih belajarnya karena kebetulan tingkat konsentrasi belajar kami cukup baik meskipun berada di tempat ramai sekali pun.
Selain itu alasannya juga supaya bisa sambil jajan dan makan kalau lapar tinggal pesan hahaha.
"Leo, lo pengayaannya udah sampe sini belum?" aku membuka halaman latihan soal matematika.
KAMU SEDANG MEMBACA
REDAMANCY
General Fiction••••• Aku tidak menginginkan luka, namun ... rasa ini terlanjur membara. Rasa yang tak pernah surut dan harapku tak pernah hanyut. Tak pernah bisa aku hempas, padahal sudah jelas mendera harap dan cemas. ••••• ©️®️ Cover Credits : Desaign from Can...