•••••
TIBALAH hari yang sudah dipersiapkan sejak jauh hari. Semua tenaga, pikiran, waktu juga kesehatan dipersiapkan untuk momen ini dimana hari ini adalah hari perlombaan baris berbaris.
Leo terlihat cemas dan gugup namun ia berusaha menutupinya agar para anggota lain tidak terbawa gugup, ia terus memberi aba-aba untuk semangat dan jangan khawatir.
“Please guys, kalian makan dulu, jangan biarin perut kalian kosong. Oke?” Aura kepemimpinannya semakin terasa saat mengkhawatirkan para anggotanya. Mava Leo benar-benar pemimpin yang bertanggung jawab atas kelompoknya.
“Fio, bisa ke belakang sebentar? Gue mau ngomong.”
Dunia terasa berhenti saat matanya tertuju padaku, aku mengangguk dan mengikuti kemana Leo melangkah. Ia membawaku ke sebuah taman yang cukup sepi dari keramaian.“Fi...”ucapnya pelan.
“Fi? Siapa?” tanyaku mencoba bercanda agar suasana tidak terlalu tegang.
“Fiona hahaha.”
Kami berdua refleks tertawa bersama oleh lelucon yang tak seberapa. Bahkan kalau dipikir-pikir tidak kelucuan sama sekali, juga letak lucunya ada dimana?
“Gue krisis nama. Orang kebanyakan manggil Fey, kemarin si Rama manggil gue kak Nana. Kapan hari si Haikal manggil gue Ona buset dah gak paham lagi sama isi kepala Haikal. Dearjuna keseringan manggil Pipi pake P bukan pake F, bener-bener emang sekalinya lengkap ya gitu Piona bukan Fiona. Lo gak konsisten kadang Fio, kadang Fiona. Sekarang apalagi? Fi?” aku berbicara sangat panjang lebar membicarakan perihal namaku. Leo mendengarkanku tanpamenjeda sedikit pun sambil menahan tawa. Sebentar lagi tawanya pasti lepas. Aku jami! Marva Leo receh orangnya. Dia mudah tertawa untuk semua hal. Sedang hening-heningnya suasananya tiba-tiba Haikal menguap, Leo yang melihatnya langsung tertawa. Saat itu juga setelah menguap Haikal keheranan.
“Lah anjir, kang Leo kenapa? Urang cuma heuay naha akang meni ngakak. Gak jelas ih amit-amit.”
Bukannya berhenti tertawa, Leo malah semakin tertawa semakin kencang pula. Lao kamu GGK ya? Ganteng Gampang Ketawa.
“Oh gak konsisten ya gue? Hahaha. Yaudah gue panggil sayang aja deh. Mau gak lo? Kek yang bakal mau aja.”
Wow. Dunia apakah kamu sedang terhenti waktunya? Dia... dia... bilang apa barusan? Sayang ‘kan iya kan?! Aduh, tolong Marva Leo siapa sih yang gak mau dipanggil sayang sama kamu.
Lain di mulut lain di hati. Ya begitulah aku. Hehehe.
“Heh! Apaan sih lo sembarangan aja sayang-sayang.” Kenapa malah kalimat ini yang terucap. Haduh mulut gengsianku lebih dominan.
“Hahaha. Bener kata Dearjuna, lo gak gampang dibaperin. Hebat lo jadi cewek tanpa baper, pertahankan ya. Gue gak mau lo gampang terbuai omongan cowok dan gue gak mau lo gampang dikecewakan oleh harapan.”
Tapi Leo, aku udah baper sama kamu. Cuma aku pinter sembunyiin aja biar kamu enggak menjauh.
Kasian Dearjuna yang udah ditolak 2x sama orang yang lagi berdiri didepan gue. Kalo sekali lagi ditolak, dapat piring cantik nih si Juna.”
Sebentar, kenapa Leo tahu aku sudah menolak Dearjuna sebanyak dua kali?“Ih kok muka lo kayak kaget gitu sih? Panik ya gue tau itu hahaha. Si Dearjuna sempat keceplosan waktu kapan ya ada lah dulu dia kecolongan ngobrol tentang Fiona waktu itu gue belum tau siapa lo sih ya tapi gue dengerin aja gitu eh si Dearjuna minta buat dicomblangin, Fi tapi gue gak tau gimana caranya karena gue gak pernah jadi mak comblang. Tapi gue usahain bantu karena sekarang gue udah kenal lo, Fio loh jadian gih sama dia. Nih. Kalo lo mau dan gak keberatan itu juga.” Leo mengeluarkan sebuah gelang dari saku celananya, dapat aku lihat ukirannya bertuliskan Fighting!
KAMU SEDANG MEMBACA
REDAMANCY
General Fiction••••• Aku tidak menginginkan luka, namun ... rasa ini terlanjur membara. Rasa yang tak pernah surut dan harapku tak pernah hanyut. Tak pernah bisa aku hempas, padahal sudah jelas mendera harap dan cemas. ••••• ©️®️ Cover Credits : Desaign from Can...