Sesi Curhat

27 9 7
                                    

Enjoy reading :*

Jangan lupa vote dan komentarnya ya.

*****

Hari ini gue bangun dengan malasnya, berhubung hari ini gue shift siang gue pun memutuskan untuk bangun agak siangan. Sumpah capek banget ini badan jadi setelah subuhan gue tidur lagi deh.

Terdengar suara ketukan pintu kamar gue dari luar.

"Di.. sudah bangun belum?" Ternyata ibu yang mengetuk

"Bentar buk," jawab gue sambil berjalan ke arah pintu kamar.

"Kamu baru bangun ya di? Nanti aja deh kalau gitu. Lagian masih jam setengah enam ini. Tidur lagi aja di nanti agak siangan ibu bangungin lagi" kata ibu dengan tidak enaknya karena melihat muka bantal gue dan mata panda yang semakin menghitam ini.

"Gak papa buk. Ibuk tunggu didepan tv aja, nanti aku ke situ," gue berkata dengan tidak enaknya karena gue yakin uang ibu buat belanja pun pasti sudah habis.

"Ya sudah kalau begitu. Kamu cuci muka dulu sana di," ibu tersenyum kecil yang membuat desiran aneh dalam hati gue

Setelah kepergian ibu dari kamar gue pun menutup pintu dan duduk ditepi ranjang. Gue mengambil uang dilaci nakas samping tempat tidur. Gue hitung lagi itu uang, meskipun baru dapet bonus dari Mas Reza yang gue pikir cukup, tapi nyatanya ini masih kurang karena besok gue harus bayar cicilan motor sandi. Mau gak mau gue harus mengurangi jumlah uang yang bakalan gue tabung.

Gue tipe orang yang harus banget nyisihin gaji buat nabung. Meskipun gak seberepa tapi setidaknya kalau ada apa-apa masih ada tabungan yang bisa gue pakai.

Setelah hitung menghitung uang yang bikin kepala pusing, gue pun langsung ke depan tv seperti apa yang gue bilang ke ibu tadi.

"Buk," Panggil gue ke ibu yang tengah asik menonton sinetron hidayah..

"Iya di, kamu gak kerja?" Tanya ibu sambil memperhatikan setiap gerak gerik gue.

"Masuk siang buk. Ini uangnya, buat beli beras sama kebutuhan dapur. Sama ini buat cicilan motor lo san, lo bayar sendiri ya ke kantornya. Keburu orang motor nagih,"gue mengangsurkan uang ke ibu dan sandi adik gue.

"Kok mbak lagi yang nyicil. Bukannya sekarang giliran bapak ya?" Tanya sandi

"Udahlah san lo tinggal bayar aja udah," jawab gue sembari selonjoran di atas karpet bulu yang ada di ruang tv gue.

Duh.. enaknya selonjoran gini

"Bukannya gitu mbak. Bapak kan yang nyuruh gue ambil motor itu tiga tahun lalu. Dan bapak juga bilang bakal gantian bayar motor setiap dua bulan sekali. Kok sekarang lo lagi, lo bayar tiga dong mbak," protes sandi

"Udahlah san gue males ribut. Lo kalau mau protes ke bapak langsunh aja nanti kalau pulang. Gue males," jawab gue sambil ikutan menonton acara hidayah itu.

"Tapi kamu udah ambil di?" ucap ibu tiba tiba

"Udah kok buk."

"Maafin bapak ya di, ini kan seharusnya kewajiban bapak. Bukan kamu," ibu menatap gue sendu

"Udah lah buk. Dian males kalo bahas ini itu. Udah bosen juga, mending ibu atur uang itu dengan baik dan katanya ibu mau beli beras," gue mencoba mengalihkan topik pembicaraan.

"Iya di, nanti ibu beli beras yang harganya murah aja apa? Biar bisa dapet banyak," ya ampun ibu

"Udah gausah lah buk beli beras kaya biasa aja. Itu uangnya aku lebihin kok," jawab gue sembari mengganti acara hidayah ke acara yang lain

BENANG KUSUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang