Enjoy Reading ya😚😚😚
Kritik sarannya....
Jangan lupa vote dan komentar
*****
Ketukan demi ketukan dari luar pintu kamar gak gue hiraukan sama sekali. Gue menulikan pendengaran untuk saat ini, gue sedih dan gue hancur untuk kesekian kalinya.
Rasanya gue enggan melanjutkan kisah hidup gue yang begitu berliku. Gue gak perduli kalau mungkin ada yang lebih menderita dari gue. Setiap manusia yang diuji pasti merasa menderita dan terluka kan?
Lantas mengapa harus dibuat perbandingan lebih parah atau mendingan yang mana? Mereka menderita dengan versinya masing-masing, dan untuk mereka yang bisa bangkit tentu dengan cara dan kekuatannya masing masing.
Pembenaran akan suatu jalan keluar apapun itu pasti akan tetap benar dimata mereka yang menganggap itu adalah jalan keluar satu satunya.
Dan pengecualian serta salah menyalahkan akan tetap salah untuk mereka yang menganggap masih ada jalan keluar lain selain jalan yang mereka pilih. Gue bukan bicara soal mati,bunuh diri atau bunuh membunuh.
Tapi memang setiap jalan keluar yang berhasil pasti akan diapresiasi kan, dan untuk yang gagal atau buntu pasti akan mendapat cemooh atau hinaan. Ini sudah hukum sosial yang mendarah daging, tanpa mereka tahu bagimana sulitnya proses untuk mengambil keputusan tersebut.
Seperti gue saat ini yang memilih diam dikamar sejak semalam. Gue gak keluar kamar sama sekali, bahkan gue gak tidur. Gue mengingat-ingat apa salah gue sampai ini semua terjadi.
Runtutan masalah dalam hidup gue berputar apik dimemori. Masalah-masalah itu seakan diputar kembali bagai sebuah film dokumenter yang memaksa gue untuk selalu mengingat masalah-masalah yang ada.
Mulai dari bapak yang berubah sejak gue masuk SMA, bapak berubah seakan tidak perduli kepada kami keluarganya. Beliau bahkan jarang pulang kerumah, jika ditanya beliau kemana pasti bapak akan jawab sibuk kerja. Tapi guepun gak tau bapak kerja apa sampai lupa pulang. Kalau ditanya pasti jawabannya akan sama, ada. Hanya itu jawabannya.
Dulu bapak tak pernah kasar atau membentak. Tapi beberapa bulan terakhir gue pribadi sering bertengkar sama bapak. Karena gue pikir ini sudah keterlaluan, beliau yang jarang menafkahi ibu atau memberi uang sekolah Sandi cukup membuat emosi gue terpancing.
Bukannya gue pelit atau gimana, tapi gaji gue gak seberapa kalau untuk bayar sekolah sandi, keperluan rumah, makan sehari hari ditambah lagi bapak ngotot membelikan motor sandi dengan harga yang tidak murah. Cicilan motornya saja bisa menghabiskan seperempat gaji gue, kalau ditambah uang sekolah itu aja setengah gaji gue habis. Perhitungan gak perhitungan ya tetap gue hitung, gue harus membiayai itu semua dan bapak seolah olah tak perduli sama sekali itu sudah membuat gue muak.
Ditambah hubungan gue sama Agung yang tidak berjalan mulus, satu tahun pertama mungkin masih dibilang baik-baik saja. Masih memadu kasih dengan gejolak asmara yang membara.
Begitu memasuki awal tahun ke dua, Agung mulai berbohong sama gue. Dia yang mulai sibuk membantu usaha ayahnya jarang punya waktu untuk gue. Hingga sebuah derect message dari salah seorang teman Agung begitu mengiris hati gue, isi derect message itu berupa empat buah foto Agung yang tengah bermesraan dengan seorang perempuan disalah satu club ternama di Malang, gue gak tau persis seperti apa wajah sang wanita karena foto itu diambil dari arah samping, foto pertama kedua ketiga belum begitu kuat untuk menghancurkan pertahanan gue. Hingga foto terakhir, gue udah gak bisa menyangkal apa-apa lagi, disitu terpotret jelas Agung dengan seorang wanita tengah berpelukan diatas ranjang dengan keadaan telanjang tanpa busana.

KAMU SEDANG MEMBACA
BENANG KUSUT
ChickLitDiandra Saputri seorang pegawai cafe biasa yang harus bertahan hidup membiayai ekonomi serta pendidikan adiknya selama kepergian sang bapak. Belum lagi gunjingan serta cemoohan yang harus diterimanya. Membuat diandra harus semakin tahan banting dib...