Gue menatap diri gue sendiri di cermin, ini bener gue ya? Tapi kok cantik biasanya acakadul agak dekil. Muka gue emang bersih tapi nggak secantik ini biasanya. Emang efek pelukan Lingga semalam bisa se dahsyat ini ya? Dia semalem apa jampe-jampe gue? Apa dia semalem melakukan ritual meluluhkan hati gue? Gue buru-buru menggeleng kuat nggak mungkin Lingga seperti itu. Dia itu fotografer bukan dukun.
Tapi sumpah gue kok cantik sih? Tapi rasanya aneh aja pakai dres begini. Biasanya kan gue cuma pakai kolor sama kaos. Pakai dress begini ya kalau ada acara aja, kesannya cewek banget gitu kalau pakai dress begini. Tiba-tiba gue teringat mengenai histori dres ini. Berarti dulu Lingga secinta itu dong sama mantannya, mantannya secantik apa sih? Lalu hubungan mereka sedekat apa? Mantannya sudah kenal sama keluarganya belum ya? Terus mantannya pernah tidur dipeluk sama Lingga kaya gue semalem nggak? Kok hati gue kaya kecubit yang kecil banget gitu ya, sakit. Tiba-tiba mood gue anjlok, gue kepingin ngelepas aja nih dres tapi gue pakai apa kalau gue lepas. Atau jangan-jangan masih banyak baju untuk mantannya di lemari itu. Gue bergegas berdiri dan ingin membuka lemarinya Lingga, tapi.. kesannya nggak sopan banget. Ini kan kamarnya Lingga semua yang ada disini ya milik Lingga kalau gue buka-buka udah kaya mau maling aja. Biarin aja deh, yang penting sekarang kan udah jadi mantan lagian sayang juga ini dres masih bagus banget loh dan kata Lingga tadi ini nggak sempat dikasih ke pacarnya karena ketahuan selingkuh kan? Itu artinya ini masih baru dan belum bekas.
Setelah memastikan diri gue benar-benar cantik, gue langsung bergegas untuk turun menemui Mada. Anak gembul itu pasti tambah ngegemesin sekarang, sudah lumayan lama juga gue nggak ketemu sama Mada. Begitu sampai lantai bawah gue langsung menuju ruang tamu. Dan benar saja gue langsung disambut riang oleh si gembul Mada.
"Tante mama!!" Teriaknya sambil merentangkan tangan dan berlari ke arah gue.
Hap!
Mada mendarat tepat dipelukan gue. Wangi khas bayi menguar dipenciuman gue, terlebih rambut Mada ini wangi strawberry campur wangi-wangi mint mahal gitu, enak pokoknya.
"Aku kangen banget deh sama kamu"
"Aku juga Tante mama. Main sama Tante Daysi enggak kaya main sama Tante mama"
"Sssttt.. nggak boleh gitu ya. Itu kan calon mamanya Mada"
"Tapi aku nggak mau dia jadi mamaku. Dia tuh seperti nenek sihir berhidung panjang"
"Nggak boleh begitu ah, ke om sama ayah yuk!"
Gue menggandeng tangan kecil Mada yang sangat imut ini untuk bergabung bersama Lingga dan Mas Bima.
"Pagi Mas"
"Eh iya Diandra pagi"
"Aku udah izin sama Mas Bima Di, katanya boleh. Tapi siang harus udah pulang soalnya Mada mau keluar sama Mbak Daysi sama Mas Bima"
"Oh ya mau kemana Mas?" Kok gue jadi kepo gini sih.
"Mau cari tempat prewedding Di, mungkin sekitaran Puncak"
"Jauh amat Mas? Sekitaran sini emang nggak ada yang tertarik?"
"Daysi mintanya ke sana ya mau gimana lagi."
Orang kalau sudah cinta memang begitu ya? Gue belum pernah loh dicintai seseorang sampai sebegitunya. Dulu waktu sama agung palingan diajak ke taman kota, kalau nggak ya wisata sekitaran sini aja. Gue langsung memandang wajah Lingga yang lagi berbincang dengan Mas Bima. Semoga aja Lingga nggak kaya Agung, bukan maksud gue soal jalan-jalannya ya tapi soal kejujurannya. Emang salah sih kalau menggantungkan harapan ke manusia tapi gue udah terlanjur bahagia kalau sama Lingga.
"Tante mama ikut yuk sama Mada yuk!"
"Kemana Mada?"
"Ya ampun Di, kamu dari tadi ngelamun ya?"

KAMU SEDANG MEMBACA
BENANG KUSUT
ChickLitDiandra Saputri seorang pegawai cafe biasa yang harus bertahan hidup membiayai ekonomi serta pendidikan adiknya selama kepergian sang bapak. Belum lagi gunjingan serta cemoohan yang harus diterimanya. Membuat diandra harus semakin tahan banting dib...