Hari yang aneh

12 2 0
                                    

Happy reading all..

Jangan lupa vote dan commentnya ya.. biar semangat aku nulisnya.

Thank you..

******

Drrttt.. drtttt

Seketika gue meraba saku apron yang gue kenakan, begitu gue lihat ternyata ada notifikasi pesan masuk. Gue belum sempat membacanya, hanya mengintip sedikit lewat notifikasi yang terpampang di look screen ponsel gue.

"Mbak," gue merasakan tepukan di bahu kiri gue

Gue menoleh, "apa Bel," ternyata Bella yang menepuk bahu gue

"Aku mau ke toilet sebentar. Tolong gantiin ya!," ucap Bella

"Oke,"

Gue pun menuju table front untuk menggantikan Bella sesuai permintaannya tadi.

Tapi saat gue mau duduk, pintu Cafe terbuka. Gue otomatis langsung menghampiri mengunjung yang baru saja masuk.

Gue sempat tertegun sebentar melihat wajah pengunjung tersebut. Tapi, gue harus tetap menyapanya. Ia tetap raja untuk saat ini kan.

"Selamat pagi, selamat datang di MAZA cafe. Ada yang mau dipesan?"

"Moccacino satu ya, sama croissant!"ucap pengunjung tersebut

"Baik saya ulangi lagi, pesanannya moccacino satu sama croissant satu. Ada lagi?"

"Gak ada, udah itu aja,"

"Mohon ditunggu sebentar, pesananya akan segera saya antar," ucap gue berusaha sesopan mungkin.

Pengunjung yang baru saja datang itu adalah Agung, mantan gue. Untuk pertama kalinya setelah acara itu berlangsung gue harus ketemu dia lagi. Dan kali ini, gue harus memaksakan diri untuk tetap melayaninya

"Hhuuuuuhhh... gak papa. Lo harus terima. Lo udah gak ada hubungan apapun sama dia. Sekarang dia adalah pembeli dan lo pelayannya. Profesional.. it's oke Diandra.." gue merapalkan kata-kata itu sebelum masuk kitchen

"Ham ini pesenan dari meja nomor 2," gue berkata sambil mengangsurkan kertas pesanan tadi kepada Ilham

"Oke. Ini doang kan?"

"Iya, ya udah gue balik dulu,"

Gue pun kembali ke table front, dari sini Agung bisa gue lihat sangat jelas. Dia juga melihat ke arah gue, tapi rasa sakit hati gue mengalahkan segalanya. Ego dalam diri gue kembali terluka, dengan satu kali tatapan saja rasanya ini amat sakit. Gue gak bisa! Gue cepat-cepat membuang pendangan ke arah lain.

Tapi justru wajah Mas Reza yang gue temui keluar dari ruangannya. Ia menyapa gue sebentar, setelah itu berlalu menuju meja tempat Agung tadi.

"Hey bro. Apa kabar?"ucap Agung dengan sapaan khasnya

"Baik-baik. Lo apa kabar?"

Mereka se akrab itu? Sejak kapan?

Ayolah Diandra, jangan lupakan jika mereka akan menjadi ipar sebentar lagi.

"Gue baik seperti yang lo lihat,"

"Gimana-gimana? Mau tanya apa soal syerlin?"

Oh rupanya mereka akan membicarakan mengenai Syerlin. Ya memang sudah seharusnya kan? Apa lagi memangnnya.

"Di?"

Gue yang tengah fokus dengan Mas Reza dan Agung pun kaget oleh panggilan Ilham.

"Apa?" Sentak gue

BENANG KUSUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang