Payung atau jaket

11 1 0
                                    

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENTNYA YA.. BIAR AKU SEMANGAT NULISNYA..

THANK YOU..

ENJOY READING ALL...

--------

Malam ini hujan turun begitu derasnya. Gue yang memang sudah waktunya pulang pun memilih berhenti sejenak didepan cafe karena memang sudah terlanjur menjalankan motor tadi. Gue melihat jalanan yang telah tergenang oleh air, kalau nekat nerobos yang ada besok gue gak bisa berangkat kerja naik motor karena mogok. Tapi kalau gak nerobos mau sampai kapan? Ini udah hampir jam sebelas malam dan sudah tinggal gue sendirian di sini. Mas Reza sudah pulang sejak tadi sore karena kurang enak badan katanya, sedangkan Via sudah pulang bareng Bella, Kevin atau Ilham sudah ngacir duluan mereka. Dan gue pulang terakhir karena memang hari ini gue piket, gue piket berdua sama Budi sebenarnya tapi hari ini Budi gak masuk karena kurang enak badan. Jadilah gue bersih-bersih sendirian

Ya sudah dari pada gue gak berangkat kerja besok lebih baik gue nunggu agak reda aja deh.

"Tin tin...,"

Ada sebuah mobil yang menyorot tepat ke arah gue, mobil itu memberhentikan lajunya saat sudah sampai depan gue

"Di,, kok belum pulang?"

Gue kaget bukan main saat melihat sosok yang turun dari mobil itu

Agung

Dia turun dari mobil sambil memegang payung. Tapi badan bagian belakangnya sedikit basah. Kalau dulu dia memang sering hujan-hujanan demi menjemput gue. Dia dulu terbiasa naik motor tapi entahlah akhir-akhir ini ia seperti lebih rajin naik mobil.

"Di.." sentaknya

Gue gak bergeming sedikitpun. Gue memilih diam.

"Di.. aku anterin pulang ya udah malem juga," ucapnya sambil mengeraskan suara karena kalah keras sama suara hujan yang begitu deras

Gue tetap diam.

Sebenarnya gue udah pakai jas ujan dari tadi, tapi yang gue takutkan itu kalau besok atau nanti saat ditengah jalan motor gue tiba-tiba mati. Karena ya namanya motor bekas, butut pula siapa yang bisa jamin bakalan selalu lancar. Gak kena hujan aja mogok apa lagi sekarang.

Tapi gue memperkuat pertahanan gue supaya gak nangis. Entah kenapa gue cengeng banget kalau dihadapkan dengan Agung. Sakit hati gue masih terasa begitu dalam

"Diandra ayo!!" ajaknya sambil berusaha meraih tangan gue

Gue reflek langsung menamparnya, tamparan yang amat keras.

"Kenapa lo malah nampar gue sih, gue cuma nawarin lo pulang," protesnya

"Gue lebih baik mati kedingingan di sini dari pada harus pulang bareng bajingan kayak lo," ucap gue tajam

"Lo gak perlu mati untuk bajingan kayak dia. Lo bisa pulang bareng gue," ucap Lingga yang tiba-tiba muncul dari arah belakang Agung

"Lingga," ucap gue setengah gemetar karena kedinginan

"Ayo pulang bareng gue!"ucap Lingga datar

"Nih payung," ucap Agung dengan tidak tahu malunya

"Buta mata lo! Ada jaket gue," sungut Lingga

Mereka berdua sama-sama buta kayaknya, gue kan pakai jas hujan

Gue mencabut kunci motor dan langsung mengajak Lingga pergi. Gue gak bisa jika harus berlama-lama dengan Agung, hati gue masih belum ikhlas.

Lingga membukakan pintu mobilnya untuk gue, gue yang masih mengenakan jas hujan pun langsung melepasnya begitu gue masuk mobil Lingga.

"Mobil lo basah," ucap gue sambil melihat arah kaki gue

BENANG KUSUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang