Tante mama

21 5 6
                                        

Enjoy Reading ya..

Kritik sarannya..

Jangan Lupa vote dan Komentarnyarnya..

Sayang kalian😚😚

*****

Pagi ini gue memulai hari dengan keadaan hati yang lumayan cukup tenang, ibu dan Sandi yang tak banyak bertanya keadaan gue berusaha memahami suasana hati sekarang.

Hari ini gue mulai masuk kerja setelah kemarin 4 hari gue libur. Dan sekarang tiba saatnya gue kembali kerja.

Gue berangkat kerja dengan tidak semangatnya. Jam baru menunjukkan 14.00, tapi entah mengapa gue ingin berangkat kerja sekarang juga. Rasanya terlalu bosan dan sesak jika terlalu lama dirumah.

"Buk diandra berangkat dulu ya," pamit gue sembari mencium punggung tangan ibu

"Kamu yakin mau berangkat sekarang di?" tanya ibu mengelus surai gue lembut

"He-em buk, Diandra yakin kok" ucap gue meyakinkan ibu

"Ya sudah, hati hati ya nak!"

"Iya bu, assalammualaikum"

"Waalaikumussalam," ucap ibu menjawab salam gue sembari mengantar gue sampai teras.

"Nih mbak motor lo udah gue cuci , kinclong gak? Kinclong gak? Kinclong lah masa enggak," ucap Sandi sembari berusaha menghibur gue dengan tawanya

"Makasih deh san padahal mbak gak minta loh"

"Eitsss.  Lo kira geratis apa? Kagak lah!"

"Jadi bayar?" ucap gue sambil bersidekap didepan dada

"Iya lah, bayarannya senyum lo yang manis Mbak. Kaya gini!" Sandi menarik kedua sudut bibir gue melengkung ke atas. Gue pun terkekeh pelan karena perbuatan Sandi

"Nah gitu kan cangtip. Manis sekali seperti bidadari."

"Makasih deh san.. gue udah ngalahin Nikita Willy belom?"

"Kalau itu ya belom lah, Nikita Willy tetep number one dihatinya abang Sandi"

"Nikita willy nya gak mau san"

"Kalau Nikita Willy gak mau ya gue bangun aja mbak, kalau diterusin takut jatoh"

"Ishhh. Pesimis juga ternyata," ucap gue sambil meninju lengan Sandi pelan.

Sandi ini memang susah ditebak, kemarin waktu gue tiba-tiba pulang dia sempat mencak mencak nyalahin gue. Karena dia bilang instingnya dia itu jangan diragukan lagi, setelah itu dia mati matian nyemangatin gue. Sekarang dia tanpa gue suruh malah cuci motor gue sampai kinclong katanya.

Harapan gue ke Sandi ini cuma satu, gue berharap dia gak pernah rasain kesedihan yang sama kaya gue. Gue berharap hidupnya Sandi kedepan lebih baik dan bahagia dari pada gue.

"Udah deh, gue berangkat dulu san. Assalammualaikum"

"Waalaikummussalam. Hati-hati mbak"

Gue mengendarai motor dengan pelan, kecepatan gue saat ini cuma 40 km/jam. Jujur gue gak ada semangat kerja sama sekali. Gue masih tenggelam sama kesedihan kemarin.

Tapi Diandra, lo harus bangkit! Ingat dicafe sudah ada bosmu yang akan mengingat sekecil apapun kesalahan karyawannya. Huufffttt.. sabar diandra, ayo bangkit.

Gue tiba diparkiran MAZA masih jam 14.30, masih ada 30 menit sebelum gue mulai bekerja. Gue gak langsung bergegas masuk ke cafe , gue memilih duduk di basemant samping cafe. Gak ada orang disini, cukup sunyi dan sepi karena memang karyawan setelah memarkirkan kendaraanya akan langsung masuk ke ruang ganti sekaligus  istirahat untuk para karyawan cafe. Gue terdiam hingga beberapa saat, hingga sebuah panggilan seorang anak kecil  membuat gue menoleh sepenuhnya kearahnya.

BENANG KUSUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang