Semangat Diandra!

7 3 0
                                        

Hollaa..

Happy reading ya semua..

Jangan lupa vote dan komentarnya.. thank youu😚😚

******

Gue masih cukup terkejut dengan fakta yang gue dengar dari Syerlin. Gue tertegun merenungi apa salah gue? Apa karena murni soal sedikitnya waktu yang gue miliki? Seharusnya dia bicara baik-baik sama gue. Oh bukankah waktu itu dia bilang akan mengerti. Tapi apa buktinya pengertian itu? Dengan mencari wanita lain macam Mbak Sandra? Oh atau malah gue yang dijadikan pelampiasan saat dia hancur.

Bukankah Syerlin bilang seperti itu tadi? Dia hancur dan mencoba bangkit sampai akhirnya dia ketemu gue?

Waw.. harusnya gue bertanya saat itu siapa saja mantannya dan kapan terakhir kali mereka berkomunikasi. Salah gue memang, yang sok-sokan gak mau tahu soal masalalunya.

Karena gue pikir saat itu ya udah lah ya, gue juga punya masalalu yang gue tutup rapat dari orang luar. Jadi sebagai bentuk pengertian dari gue, gue gak pernah mengungkit masalalunya. Tapi nampaknya itu sebuah kesalahan besar sampai mereka bisa bersatu lagi.

"Mbak pulang! Udah cukup ya ngomongnya udah siang juga!" Sandi membantu gue berdiri dan merangkul bahu gue

"Mbak, sekali lagi gue minta maaf," dengan susah payah Syerlin ikut berdiri dan meghapus air matanya cepat.

Gue hanya mengangguk sebagai jawaban. Sandi yang sedari tadi merangkul bahu gue kini melepas rangkulan itu dan berganti menggandeng tangan gue

"Maaf, gue tadi gak sengaja denger semua kata kata lo. Kalau bener emang gitu masalahnya tolong bilang ke abang lo. Gue gak terima kalau memang faktanya dari awal Mbak Diandra cuma dijadikan pelampiasan. Setelah ini tolong banget lo bilang ke abang lo juga, usia gue emang lebih muda dari dia tapi kalau untuk menghajar seseorang yang nyakitin Mbak Diandra gue cukup kuat untuk bikin dia masuk rumah sakit!" Sandi berkata dengan raut wajah amat emosi dan nada bicaranya pun datar. Gue belum pernah dengar Sandi berbicara dengan nada serta ekspresi seperti itu.

Jujur, hati gue menghangat begitu Sandi berkata seperti itu. Gue merasa punya pelindung setelah bapak. Gue gak bisa buat gak nangis untuk kata-kata Sandi tadi. Gue sayang banget sama Sandi

"Itu pasti. Tapi gak usah lo suruh  gue bakal pastiin sendiri kalau Mas Agung gak akan nyakitin Mbak Diandra lagi. Lo bisa pegang omongan gue," gue gak tahu harus ngomong apa, dua orang berbeda jenis kelamin ini sama-sama ngebela gue. Dulu mereka sama-sama adik gue, sampai sekarangpun sebenarnya sama, hanya status hubungan gue dan kakaknya yang berbeda, meskipun gue sempat membencinya. Tapi lihatlah sekarang! dia menangis karena merasa gagal menasehati sang kakak. Apa-apaan ini, seharusnya yang lebih dewasalah yang menangisi kegagalan itu. Agung sungguh beruntung memiliki adik seperti Syerlin

Dan saat itu juga gue gak bisa nahan diri untuk tidak memeluk Syerlin. Gue rengkuh tubuh mungil itu. Dulu, gue sering memeluk tubuh mungil Syerlin. Dia bahkan gak segan untuk memeluk gue duluan

"Udah gak usah nangis. Yang lalu biar berlalu ya. Mbak udah maafin kamu. Kamu jaga diri baik-baik, bentar lagi tunangan kan?" gue mengurai pelukan sesaat dan menghapus air mata Syerlin yang terus mengalir, dia tersenyum ditengah tangisannya

"Mbak gue sayang banget sama lo!" Syerlin memeluk gue lagi

"Udah ya mbak! gue gak bisa ikutan peluk. Ayo pulang!" Sandi sambil memutar bola mata jengah melihat interaksi gue dan Syerlin, "Tadi nangis nangis, sekarang peluk peluk. Apa maksutnya para perempuan. Jamba-jambakan lebih seru!" Sandi terus ngedumel sambil berjalan ke arah jalan raya. Dan ayolah san, lo lebih keren dengan nada bicara seperti tadi daripada merajuk seperti itu

BENANG KUSUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang