HOLLA ...HAPPY READING YA ALL
TETEP MINTA VOTE DAN COMMENTNYA YA..
JANGAN LUPA FOLLOW JUGA BIAR AKU TAMBAH SEMANGAT NULISNYA..
----
Matahari mulai nampak malu-malu untuk menunjukkan sinarnya. Semburat merah yang mulai ia tunjukkan seakan memberi tanda jika waktunya Rembulan untuk terjaga. Seketika, hari mulai gelap. Kumandang adzan magrib dari penjuru kampung mendayu merdu bak panggilan seorang kekasih hati yang ingin dijumpai.
Tuhanku dan Tuhanmu telah berseru! Datanglah untuk menghadapnya barang hanya lima menit. Yang butuh bukan dia, tapi engkau. Yang rindu bukan dia, tapi engkau. Dan yang selalu abai juga bukan dia tapi engkau. Kita para manusia selalu merasa hebat sampai lupa jika kehebatan itu ada masanya. Seperti halnya rasa, rasa pun juga ada masanya.
Dan kembali lagi gue takut jika rasa yang dimiliki Lingga hanya rasa penasaran semata seperti rasa yang dimiliki Agung dulu.
Ya, Lingga Kawiswara Gumilar. Pria tampan yang sialnya terlampau baik itu baru saja mengatakan jika ada suatu hal dalam hatinya yang tidak bisa ia ungkapkan secara gamblang. Dia belum yakin, namun katanya ada rasa ingin menjaga dan ada pula rasa ingin melindungi gue lebih dari teman. Gue bingung, ini terlalu cepat.
"Nggak mungkin Lingga! Lo baru kenal sama gue itu baru-baru ini. Jadi gue rasa itu cuma rasa penasaran lo aja,"jawab gue sembari berdiri membelakanginya
"Gue sendiri gak yakin Di, jujur. Makanya gue bilang ke lo kalau ada suatu hal yang mengganjal,"
Lingga mematikan bara rokoknya, Ia memitasnya begitu saja. Tapi masih ada sisa-sisa asap dari dalam mulutnya.
"Gue gak tahu rasa apa yang gue miliki buat lo. Tapi yang pasti ini buat lo, bukan orang lain. Ada rasa hangat di sini saat lo dekat sama Mada," ucapnya sambil menunjuk dadanya sendiri
"Ya mungkin karena Mada nyaman sama gue, jadi lo tersentuh sama interaksi gue sama Mada,"
"Terus soal keinginan gue untuk melindungi lo?" tanyanya yang lebih seperti nada menantang
"Ya karena lo cowok dan gue cewek. Mungkin lo nganggap gue makhluk yang perlu dilindungi? I don't know about that!"
"Yah mungkin aja, tapi gimana soal keinginan gue untuk selalu melihat senyum kebahagiaan dari bibir lo itu?"
"Manusiawi Lingga, gak ada manusia yang mau lihat manusia lainnya nangis karena dirinya sendiri, udahlah. Lo sendiri gue yakin tahu kok. Kita ini gak se intens pasangan yang lagi pedekate, kita bukan bocah ya. Jangan aneh-aneh!" ucap gue sambil mengibaskan tangan ke udara
"Oke kalau itu anggapan lo, Gue akan bawa jawabannya suatu saat nanti Di, gue akan cari," ucap Lingga sambil menatap mata gue tajam.
Gue gak tahu, tapi yang pasti gue gak mau berharap terlalu dalam. Cukuplah sekaramg gue fokus sama kehidupan yang masih berjalan ini. Urusan masa depan gue pasrahkan saja kepada yang lebih tahu dan berhak, cukup tuhan. Dan gue gak mau terburu-buru lagi. Seandainya gue bisa meminta suatu hal dan langsung terkabul gue cuma mau mintaa supaya gak ada lagi tangis haru pilu yang akan kembali menetes. Kalaupun ada gue cuma bisa minta itu adalah tangis bahagia, jangan derita seperti kemarin.
Tapi setidaknya gue harus bersyukur karena sebelum gue melangkah terlalu jauh Tuhan dengan kuasanya menunjukkan siapa pasangan gue sebenarnya. Ia mamang dzat yang maha kuasa, maha baik dari segala yang baik.
"Ya udah gue anterin pulang!"ucap Lingga sambil menggandeng jemari gue
"Kan arahnya beda," elak gue
"Gak papa. Gue yang ngajak,"jawabnya

KAMU SEDANG MEMBACA
BENANG KUSUT
ChickLitDiandra Saputri seorang pegawai cafe biasa yang harus bertahan hidup membiayai ekonomi serta pendidikan adiknya selama kepergian sang bapak. Belum lagi gunjingan serta cemoohan yang harus diterimanya. Membuat diandra harus semakin tahan banting dib...