HOLLAAA SETELAH SEKIAN LAMA AKU UPDATE LAGI. TETEP MINTA VOTE AND COMMENTNYA YA. JANGAN LUPA FOLLOW JUGA🤩.
ENJOY READING..
******
Kata orang apapun pekerjaan kita kalau kita sungguh-sungguh dan berusaha mencintai pekerjaan itu maka kita akan senang menjalaninya. Seperti gue sekarang, gak pernah terbayang dalam pikiran gue akan menjadi seorang pramusaji, atau kalian kenal pelayan lah ya. Dan jujur, dulu waktu masih sekolah itu gue sering membayangkan akan menjadi seorang pekerja kantoran dengan gaji yang lumayan, dapet ruangan ber-AC, kursi yang bisa gue mainin puter-puter, komputer yang bisa gue pakai buat lihat-lihat online shop, keren gitu.
Tapi itu hanya tinggal khayalan, khayalan seorang anak SMA yang sudah lelah dengan segala aktivitas pembelajaran yang ada. Dulu waktu sekolah gue giat banget, selain karena gak mau beasiswa gue dicabut ya tentu gue gak mau kecewain bapak sama ibuk. Apalagi Sandi yang saat itu baru masuk SMP sudah pasti butuh biaya banyak kan.
Awal gue lulus, gue sempet ikut recruitment yang diadain dari sekolahan gitu, jujur aja waktu itu gue gak minat. Pikiran gue saat itu masih ingin kuliah, gue ingin mewujudkan cita-cita gue menjadi seorang jurnalist. Tapi apalah daya tangan tak sampai. Bapak menolak dan tidak memperbolehkan gue kuliah dengan alasan Sandi masih butuh biaya lebih. Ya sudah gak apa, gue mengikuti program recruitment dari sekolah itu dengan sungguh-sungguh. Hingga gue diterima jadi admin di salah satu sorum mobil yang ada di Surabaya. Tapi lagi, kontraknya cuma 6 bulan dan berakhir gue gak diperpanjang.
Tapi gue cukup bersyukur, karena dari gaji kerja di sorum itu gue bisa nabung untuk membeli sepeda motor yang gue pakai sampai sekarang. Dan alhamdulillahnya setelah menganggur beberapa bulan dan jadi guru privat yang gajinya gak seberapa, berakhirlah gue ditempat mas reza ini. Di MAZA cafe, dari sini gue belajar banyak hal. Belajar jadi lebih sabar, lebih ramah, lebih menebalkan telinga tentunya. Kalau kata ibuk , ketika kerja di tempat orang itu ibarat kata mata buta kuping tuli. Soalnya itu usaha milik orang lain kan ya bukan milik kita,jadi kita harus siap nih diomelin dengan bahasa yang... gitu lah..
Tapi untungnya mas reza ngomelnya gak pakai bahasa binatang kok, paling cuma sinis sama ya.. ngungkit-ngungkitnya itu loh. Nyebelin
Nope... ngomongin biaya banyak gue jadi sadar. Sebenarnya bukan hanya sekolah yang memerlukan biaya banyak, kehidupan real setelah sekolah ini juga butuh biaya amat banyak juga yang sukses bikin gue kaget bukan main. Karena bapak yang sudah mulai jarang pulang saat itu membuat gue harus memutar uang yang gue dapat untuk mencukupi kebutuhan rumah. Mulai dari uang buat bayar listrik, beli beras buat makan,uang sakunya Sandi, ditambah sekarang ada cicilan motor dan uang sekolahnya Sandi..
Seperti pagi ini contohnya, hari ini adalah hari senin. Kalau kata anak sekolahan hari ini adalah hari capek, sebenarnta sama gue juga bedanya mereka capek di fisik karena harus upacara.. nah gue nih, dompet gue yang capek setiap hari senin. Kenapa? Ya karena hari ini adalah harinya sandi dapat uang mingguan buat jajan, kuota, sama uang bensinnya dia. Gue emang ngasih jatah untuk kuota sandi itu mingguan, gue takut kalau sampai kuotanya habis nanti dia gak bisa belajar. Gue tau rasanya
"Mbak.." sandi yang sudah terlihat rapi dengan seragam sekolahnya, menyusul gue yang tengah memotong kuku diruang tamu.
"Kenapa?" Gue pura pura gak tau aja deh, hitung-hitung ngerjain Sandi
"Lo ada uang gak?" Kok wajahnya jadi melas banget gitu sih
"Kenapa? Bilang aja!" gue yakin dari mimik wajahnya ini bukan cuma soal kuota, jajan, dan bensin.
"Gue ada praktek mbak. Setiap siswa bayar 200ribu. Tabungan gue udah kepakai kemarin buat bayar bimbel. Jadi gue gak ada" hati gue langsung ngilu mendengar Sandi berkata semelas itu..

KAMU SEDANG MEMBACA
BENANG KUSUT
ChickLitDiandra Saputri seorang pegawai cafe biasa yang harus bertahan hidup membiayai ekonomi serta pendidikan adiknya selama kepergian sang bapak. Belum lagi gunjingan serta cemoohan yang harus diterimanya. Membuat diandra harus semakin tahan banting dib...