Arell tidak dapat memejamkan mata walaupun saat ini ia tengah mengantuk. Bayangan ketika Raka menciumnya tadi selalu menari didalam benaknya.
Untuk beberapa saat Arell berpikir, kenapa ia tidak menolak saat itu? Kenapa tubuhnya hanya diam saja ketika bibir hangat Raka menyentuh dan bahkan melumat bibirnya.
Kenapa tubuhnya sendiri bereaksi melawan akal sehatnya? Apa sebenarnya dirinya memang menginginkan itu?!
Tidak, tidak. Arell menggelengkan kepala kuat untuk menampik apa yang baru saja hinggap dalam pikirannya. Itu tidak benar bukan? Lalu kenapa? Kenapa dirinya sendiri bahkan tidak yakin sama sekali seperti ini?
Arell mencoba memejamkan mata. Berusaha mengenyahkan semua pikiran tidak masuk akal yang mulai menguasai kepalanya. Sedetik kemudian manik itu kembali terbuka lebar.
Astaga!! Apa yang sebenarnya terjadi padanya?! Kenapa ia tidak bisa tidur sama sekali. Kenapa bayangan Raka Abimayu selalu muncul padahal ia tidak menginginkannya sama sekali.
Oh ayolah! Anggap saja itu tadi ciuman selamat malam. Iya. Itu hanya ciuman selamat malam. Hal biasa seperti yang ia lakukan kepada Alva.
Tapi kenapa kau tadi menikmatinya? Batin Arell mencemooh sinis, seakan mentertawakan.
Arell kembali menggelengkan kepala kuat. Tidak, tidak, tidak. Ia sama sekali tidak menikmatinya.
Tapi kau membalas ciumannya, batinnya kembali mengejek membuat Arell ingin sekali menjerit keras namun memilih mengurungkan niat karena saat ini ia sedang berada diantara Abi dan juga Cheryl yang tengah terlelap.
Helaan napas kasar terdengar. Arell bahkan tidak bisa berpikir jernih saat ini. Pikirannya kacau untuk alasan yang kemungkinan ia tahu jawabannya namun berusaha keras untuk disangkal.
"Tidak bisa tidur?"
Arell tersentak saat suara pelan itu terdengar. Ia menoleh kesamping kanan lalu tersenyum kecil, merasa bersalah karena telah membangunkan seseorang dari tidur. "Maaf, kau pasti terjaga karena gerakanku."
Abi menggeleng lalu tersenyum. "Bukan, aku memang tidak cukup terbiasa tidur ditempat yang baru. Ada yang kau pikirkan?"
Perlukah ia mengatakan apa yang menjadi penyebab dirinya tidak bisa tidur saat ini? "Aku hanya tidak bisa tidur."
"Apa sesuatu terjadi saat kau kembali dari kamar Paman?"
Arell terkejut. Ia menoleh ke arah kiri lantas menemukan bahwa Cheryl juga telah membuka matanya. "Kau juga terbangun?"
"Berhentilah mengalihkan pembicaraan, Arell," Abi terkekeh sambil beringsut duduk. "Kau keluar dengan wajah yang memerah."
"Apa kalian melakukan sesuatu yang memalukan disana?" Goda Cheryl, ia menggeser badannya agar menghadap ke arah Arell. "Paman menciummu, ya?"
Wajah Arell sontak memerah. Astaga?! Bagaimana bisa Cheryl menebak semua yang terjadi dengan benar seperti itu? Ah, ingin rasanya Arell menutupi wajahnya dengan selimut. "B-bukan."
"Kau tergagap, Arell," Abi semakin meledek sambil tersenyum kecil. Ia yakin sekali bahwa tebakan Cheryl tadi benar saat melihat bagaimana reaksi Arell saat ini.
Arell menyerah. Wanita itu menutup wajah dengan kedua tangan membuat Cheryl dan Abi tertawa. "Kalian membuatku malu."
Cheryl memeluk lengan Arell. Ia bahagia jika reaksi Arell seperti ini. Itu berarti ada harapan untuk pamannya, bukan? Suasana hati Arell yang seperti ini benar-benar membuatnya nyaman. "Kuharap kau tidak lagi menyangkal apa yang saat ini tengah kau rasakan, Arell."
KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISE#3 ✔️
RomanceRiyanti Arellna Najwa (24). Arell tidak pernah mengira bahwa keputusannya datang ke klub malam membuat hidupnya berantakan. Mabuk dan berakhir dengan one night stand dengan pria yang sama sekali tidak ia kenal. Rasa frustasi menyerang membuatnya mel...