16. RASA

6.3K 774 179
                                    

HOLLA MINAA 🤗 AUTHOR NYA UP LAGI NIH,,, PASTI PADA SENENG YA KAN😂😂

UNTUK KEDEPANNYA, AUTHOR AKAN USAHAKAN UNTUK UP SECEPAT YANG AUTHOR BISA. JIKAPUN TERLAMBAT HARAP DI MAKLUMIN YA DEAR 😘 ITU SEMUA TIDAK DI SENGAJA MELAINKAN ADA KESIBUKAN YANG HARUS AUTHOR UTAMAKAN🤗🤗🤗❤️ SEBELUMNYA TERIMA KASIH BANYAK UNTUK PENGERTIAN KALIAN SEMUA😘😘🤗

HAPPY READING YA DEAR 😘🤗

PLAGIAT DILARANG MENDEKAT 🔪
🌸🌸🌸

Keheningan menyelimuti ruangan luas itu. Hanya terdengar jarum jam yang berdetak mengisi tiap kekosongan yang tercipta.

Cheryl sedang tertidur pulas di ranjang rumah sakit sehabis menangis dan Dave duduk di sisi ranjang sambil memperhatikan gadis itu.

Raka tengah terduduk diam tanpa mengucapkan sepatah katapun sementara Lucas berdiri di dekat jendela menghadap pemandangan kota Brooklyn.

Josh sendiri duduk di hadapan Raka.

Situasi saat ini benar-benar tidak bisa di kendalikan sama sekali.

Mereka yang mampu berpikir bijak dalam situasi menegangkan pun hanya bisa bungkam.

"Rak?" panggil Josh pelan. Ia tidak menyukai keheningan ini. "Are you okay?"

"No," jawab Raka serak setelah hening beberapa saat. Pria itu lalu bangkit lalu melangkah mendekati pintu.

"Kau mau kemana?" tanya Josh.

"Aku ingin melihat keadaan Alva sebentar," jawab Raka tanpa berbalik.

"Kamar nomor lima belas," ucap Lucas sebelum Raka menutup pintu.
***

Raka berdiri di depan kamar nomor lima belas. Pandangannya kosong seolah tanpa jiwa. Saat ia membuka pintu di depannya. Raka melihat Alva yang sedang terlelap dan Arell yang kini menoleh ke arahnya.

Ada raut terkejut di mata wanita itu. Raka memakluminya. Perlahan Raka maju membuat Arell dengan cepat berdiri.

"Maaf jika aku datang menganggu. Aku hanya ingin melihat keadaan Alva, Arell. Ku mohon jangan mengusirku," pinta Raka dengan suara pelan.

Arell diam. Ia sebenarnya ingin mengusir pria itu. Namun melihat wajah Raka dan juga penampilan pria itu yang mengenakan pakaian rumah sakit membuat Arell mau tak mau mengangguk setuju.

"Kudengar dia demam tinggi," ucap Raka. Pria itu mendekati Alva lalu mengusap pipi berlemak itu dengan penuh sayang. Apa ini adalah ikatan batin antara ayah dan anak? Kenapa saat Alva sakit dirinya juga merasakan hal yang sama.

"Bagaimana kau tahu? Apa kau menyuruh orang diam-diam untuk mengawasi kami?" tanya Arell curiga.

Raka tidak menjawab. Pria itu hanya diam sambil terus memandangi wajah menggemaskan sang putra yang kini tertidur dengan nyenyak.

Dirinya sudah melewatkan banyak hal bukan?

Raka tidak tahu saat Alva tumbuh di dalam rahim Arell. Raka juga tidak tahu bagaimana perjuangan wanita itu untuk merawat, menjaga dan melahirkan putranya ini. Dan bahkan Raka juga melewatkan tumbuh kembang Alva.

Pria tampan itu menunduk. Mengecup kening Alva pelan lalu berbisik dengan suara lirih. "Cepat sembuh, Lumière. Suatu hari nanti  aku ingin sekali mendengarmu memanggilku dengan sebutan Daddy. Karena kau adalah putraku, Alva Abimayu," setelah mengucapkan kalimat itu, Raka menegakkan tubuhnya lalu berbalik mendekati Arell yang masih diam mengamatinya.

PROMISE#3 ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang