11 - Takdir Yang Menjerat

23.6K 3K 360
                                    

Note : perhatikan tanggal!

o0o

Jika sudah menjadi sasaran kebencian memang tidak ada yang dapat dilakukan. Seberapa banyak atau seberapa keras Ellara mengubah citra diri, cap kejahatan tetap menjadi bayang-bayangnya. Ellara terlalu percaya diri bisa mengubah goresan skenario yang tercipta, terlalu percaya diri bisa menyelamatkan diri amukan takdir yang menjeratnya. Ellara terlalu percaya diri. Itu celaka baginya.

Ellara tidak dapat melakukan apapun saat Ganesa tiba-tiba saja membanting kue yang baru saja Reza terima.

Menariknya dari duduk hingga berhadapan dengannya. "Anjing lo! Cewek setan macam lo berani-beraninya godaan teman gue?! Apa rencana lo hah?!"

Remasan kasar Ganesa pada lengannya membuat Ellara meringis dan terkejut bukan main.

"Seperti biasa, pasti rencana busuk!" Seru Araf dengan sinis.

Ellara sejenak terpaku, kata-kata kasar dan tuduhan tanpa bukti belakangan memang sering keluar dari mulut Lazeon. Ellara memakluminya karena dia 'Sang Pemaran Utama', orang nomor satu yang jelas sangat membencinya. Tapi, sekarang melihat Ganesa yang begitu emosi kepadanya, juga Araf yang juga terlihat membencinya. Membuat dunia Ellara hancur, ternyata ... semua orang membencinya.

Ellara merasa jika masuk kedalam novel ini adalah neraka, sebuah takdir yang salah. Ellara seumur hidup tidak pernah diperlakukan kasar seperti ini. Mengapa mereka tega melakukan ini?

"Jelaslah apa lagi. Punya muka kaya gak punya dosa! Gak inget lo beberapa hari yang lalu dorong Amanda ke kolam?! Pura-pura lupa ingatan lo?!" teriak Ganesa.

Mulut Ellara tidak dapat dia gerakan, tidak ada perlawanan berarti yang dapat dilakukannya. Ellara membeku, melihat Ganesa seperti melihat Rajendra yang menyiksanya malam itu.

Kemarahan dan kebencian. Bayang-bayang Rajendra memenuhi penglihatannya.

"Ganesa!" Reza berteriak marah, tapi Araf dengan segera menahannya.

"Kenapa, Za? Lo masih bisa naksir sama cewek stress ini? Nih cewek bukan hanya jahat dia juga kriminal!" Ganesa menekan lengan Ellara makin kuat. Dia sudah lama menahan kemarahan ini, sisi jahat Ellara yang selalu semana-mana kepada siapapun, membuat sisi liar Ganesa keluar begitu saja tanpa terkendali.

Dia sudah mencoba bersikap biasa saja, rupanya melihat kelicikan Ellara yang Ellara tunjukan tepat di depan matanya membuatnya berang bukan main. Ellara mencoba memecah persahabatan mereka.

"Buat apa sok-sok an pake pake baju sopan kalo aslinya tukang ngelonte!" Araf terkekeh sinis.

"Udah pernah nyobain belum, Zeon?" tanya Ganesa dengan jahat pada Lazeon yang kini menatapnya dengan ekspresi tidak terbaca.

Sedang kata-kata Ganesa tidak mampu Ellara dengar, Ellara justru terpaku pada tatapan Ganesa kepadanya, malam itu Rajendra juga menatapnya dengan tatapan seperti ini. Penuh kebencian.

Dengungan keras mengahantamnya, tarikan kegelapan seolah menelan Ellara bulat-bulat, binar kehidupan Ellara lenyap, dia melihat Rajendra, melihat semuanya bagaikan Rajendra dari segala arah. Rajendra ada dimana-mana.

Tolong,

"Perkosa aja!"

Tolong,

Suara mereka bagaikan bisikan ditengah riuh suara. Ellara tidak dapat mengingat apapun saat tubuhnya limbung, dia seperti jatuh kejurang tanpa ujung. Ellara merasa dia amat sangat jauh dengan tubuhnya kini, suara mereka menghilang.

Lalu senyap.

Apa dia akan kembali?

Ellara mencoba membuka matanya tapi gelap yang justru mendominasi. Ruang tanpa batas, dimensi tak bernama.

The VillainessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang