33 - Truth

3.6K 412 78
                                    

Mira memandang Ellara dengan ragu-ragu, dia menggenggam plaster di tangannya dengan bimbang. Takut, Mira takut ditolak kembali oleh Ellara.

Mata Mira bertubrukan dengan mata tajam Ravi, tatapan Ravi seolah meyakinkan Mira untuk segera mendekati Ellara. Syukurlah kecelakaan itu tidak berakibat fatal, mobil yang dikendarai Ravi hanya menabrak sisi jalan, tapi karena Ellara tidak menggunakan sabuk pengaman membuat Ellara terpental ke depan hingga membuatnya jatuh pingsan.

"Kenapa gue hidup, gue mau mati. Mati. Mati."

"Ellara!" pekik Mira terkejut dengan apa yang dilakukan Ellara. Ellara tengah melukai tangannya sendiri dengan batu runcing, dengan paksa Mira mengambil batu itu dan melemparkannya jauh.

"Ellara apa yang kamu lakukan? Jangan lakukan hal bodoh!" untuk pertama kalinya dalam hidupnya Mira memembentak Ellara. Mira tidak ingin melihat Ellara dalam kondisi begitu lagi.

Ellara mengusap air matanya dan menatap Mira tajam. "Kenapa?! Bukannya Mama tahu kalo aku emang gila, makannya sekarang aku mau dibawa ke rumah sakit jiwa!"

Mira justru kebingungan. "Ellara kamu kenapa, Sayang? Kamu baik-baik aja?"

"Berhenti sok peduli!" Ellara berdiri dari duduknya, lantas menggapai tangan Mira, "tolong jangan bawa aku ke rumah sakit jiwa. Aku gak mau Lazeon malu punya tunangan gila kaya aku. Aku sayang Lazeon, aku cinta sama dia. Tapi, kenapa dia jahat sama aku. Dia jahat! Sama kayak Mama yang jahat sama aku!"

"Gak ada yang akan bawa kamu ke rumah sakit jiwa! Siapa orang yang udah bilang itu? Hari ini kita akan ke makam mama kamu."

Mira mencoba memenangkan dan memeluk Ellara, namun Ellara menghindar.

Ellara menggigit bibirnya kuat-kuat. "Bohong! Wanita itu bilang kalian bakalan bawa aku ke rumah sakit jiwa."

Mira semakin tidak paham. "Siapa yang bilang Ellara? Wanita mana? Sekarang kita akan ke makam mama kamu. Gak ada yang akan bawa kamu ke rumah sakit jiwa."

"Mana mungkin kalian mau bawa aku ke makam mama aku! Kalian jahat kalian nyembunyiin semua ini dari aku."

Ada yang aneh Mira menyadari hal itu. "Kamu baik-baik aja, Sayang?"

Ellara bergerak gelisah, hingga pandangan Ellara teralihkan.

"Lho, mobil Papi kenapa?" tanya Ellara dalam kebingungan, dia mengusap air matanya dan berlari memeluk Ravi.

"Papi baik-baik aja kan?"

Ravi yang dipeluk tiba-tiba lantas melebarkan matanya terkejut, dengan cepat Ravi membalas pelukan Ellara.

"Papi baik-baik aja. Kamu yang gak baik-baik aja, ayo kita obtatin luka di dahi kamu." bujuk Ravi, saat melihat luka di dahi Ellara masih ada.

Ellara sontak memegang dahinya, bola mata Ellara melebar terkejut saat mendapati luka di dahinya.

"Aku kenapa?" tanya Ellara bingung, Ellara menatap keselilingnya dan semakin bingung saat menyadari jika mereka berada di tempat yang tidak Ellara kenali. Ini bukan jalan ke rumah sakit jiwa seperti yang Ellara ketahui.

Sebelum Ravi menjawab kebingungan Ellara, Mira dengan segera memegang lengan Ravi hampir seperti mencengkramnya.

"Kita akan ke makam mami kamu. Ayo sekarang kita pergi, sebentar lagi kita sampai."

Mira tahu ada yang salah dengan Ellara, dan Ravi harus segera mengetahui kondisi Ellara.

o0o

"Mama dan Amara—mami kamu, kita adalah sahabat. Kita berdua sudah bersahabat bukan hanya satu atau dua tahun, hampir seumur hidup kita bersahabat. Mama adalah orang yang paling tahu gimana gilanya Mami kamu dulu saat ngejar Papi kamu, Ellara."

The VillainessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang