12 - Villains

23.6K 3.1K 65
                                    

o0o

Ellara tahu dia telah celaka. Paradigma buruk sudah tercap padanya dengan sempurna. Tidak ada toleransi hanya karena dia ingin berubah.

Prilaku baiknya hanya akan dianggap siasat jahat saja.  Kasarnya, tidak ada masa depan yang mulus selagi Ellara tetap dalam lingkup cerita.

Ellara harus melakukan apa lagi?

Mungkin Ellara adalah seorang penjahat bagi mereka. Tapi, tidak sadarkan mereka jika mereka juga begitu jahat akan hidup Ellara? Mereka juga tidak lebih dari sekumpulan penjahat hina.

Pergi jauh pun bukanlah solusi, Ellara terikat sebagai putri dari Ravi, sebagai tunangan dari Lazeon, juga sekaligus seagai musuh dari Amanda, dirinya akan terus dianggap sebagai penjahat di mata orang-orang. Sebanyak apapun Ellara berusaha menghindar, bukankah itu hanya kesia-siaan? Dia akan kembali ke titik yang sama.

Ellara tersadar sepenuhnya dari pingsan sejak beberapa saat yang lalu, Ellara rupanya masih berada didunia ini, padahal beberapa saat yang lalu Ellara dapat merasakan jika jiwanya seolah ditarik dengan paksa.

Entah ini berkah atau musibah. Tetap didunia ini atau justru kembali, keduanya adalah opsi terburuk.

Pikiran Ellara kembali teringat akan kejadian beberapa jam yang lalu.  Ada yang membuat Ellara terkejut, ternyata teman-teman Lazeon tidak semanis yang diceritakan di dalam novel. Mereka tidak lebih dari penjahat yang menyerang musuh yang jelas tidak lebih kuat dari mereka.

Hei dia perempuan, dan yang paling jelas Ellara yang sekarang menempati tubuh ini bukanlah Ellara asli.

Gue gak punya salah apa-apa ya, bangsat! Tapi, gue yang nempatin tubuh ini huaaa!  Batin, Ellara.

Entah apa yang harus dilakukannya, apalagi masalah hati Ellara asli yang seolah mulai merangkap jiwa aslinya. Ellara masih ingat dengan rasa benci yang muncul ketika ada Amanda, rasa itu terlalu nyata untuk dilupakan. Ditambah pula sekarang akan bayang-bayang Rajendra.

Hidupnya selalu saja ditimpa musibah.

Tanpa sadara tangan Ellara bergetar hebat, inilah kelemahannya, inilah rasa takutnya. Takut akan Rajendra, terlebih kepada kematiannya.

Ellara tidak ingin mati untuk kedua kalinya, dia tidak ingin mati. Ellara terisak, mulai membuka matanya yang sengaja dia pejamkan sedari awal.

Menangisi kelemahannya. Sisi lemah yang dia bawa dari kehidupannya sebagai Kyla Anatasya.

"Kenapa?"

Ellara dapat merasakan jantungnya berdetak cepat, dia dengan segera melihat ke arah sumber suara.

Menemukan seorang remaja perempuan dengan seragam biru menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa Ellara artikan. Membawa sebuah baju tidur dalam pelukannya.

"Kenapa?" remaja itu kembali bersuara. "Kenapa menangis sepanjang malam?" tanya lagi sebelum suaranya berubah menjadi tangisan.

Beberapa saat Ellara hanya diam karena terlalu terkejut, lalu mengerjap setelah menyadari sesuatu. Ellara memandang remaja itu lamat-lamat, dia menangis? suatu hal yang mustahil terjadi.

Ellara dengan bangkit dari tidurnya, dengan tertatih menghampiri remaja perempuan itu. Badannya lemas sekali.

"Esa, kakak gak kenapa-kenapa."

Namanya, Esyala anak kedua dari keluarga Anggarawa. Adik perempuan satu-satunya dari Lazeon.

Esa memeluk baju tidurnya makin erat, menatap Ellara yang tertatih-tatih menghampirinya, entah mengapa Esa justru semakin dibuat menangis. Seperti anugerah melihat Ellara kini mampu berjalan.

"Setiap jam sekali Esa datang ke kemar ini, kakak terus menangis. Bahkan, sekarang disaat kakak baru membuka matapun kakak masih terus menangis."

Ellara membeku saat Esa tiba-tiba memeluknya erat, adik dari Lazeon orang nomor sekian yang juga membencinya. "Esa kira kakak mati. Kakak tidak bernafas beberapa menit saat jatuh pingsan di ruang tamu, sepanjang malam Esa khawatir dan terus berdiri di depan pintu. Esa takut malaikat kematian menjemput kakak, seperti yang terjadi kepada mama."

Ellara ikut memeluk Esa, dia permata dikeluarga ini. Satu-satunya anak perempuan kesayangan Om Ardi, peninggalan paling berharga dari mendiang  istrinya.

"Kakak gak kenapa-kenapa kok." Ellara mencoba menenangkan Esa.

Ellara kaget sekali, air matanya bahkan langsung berhenti mengalir begitu Esa masuk kedalam kamar ini. Ellara sendiri sejujurnya merasa heran, kemana Esa yang diceritakan di dalam novel? Kenapa Esa yang ini lembek sekali dan terlihat tulus.

"Harus baik-baik aja. Kalo kakak mati, nanti kak Lazeon yang akan ditangkap polisi." Esa masih menangis. "Kalo mau mati, diluar rumah ini sih gak papa."

Goblok!

Ellara dengan segera melepas pelukannya. Menatap datar Esa yang masih menangis. "Kalo kakak mati ya jelaslah pasti dirumah ini. Sadar gak kakak lo itu psikopat? Gak berperasaan!"

Esa mendelik, mengusap air matanya. "Gak berperasaan gimana? Kak Zeon bahkan nungguin kakak sepanjang malam!"

Ellara memutar bola matanya. "Sebuah pengorbanan untuk menebus rasa bersalah. Itu emang harus dilakuin! Harus bertanggung-jawab jadi manusia!"

Ellara menghembuskan nafas kasar, Esa sendiri menatap Ellara begitu tajam. "Kenapa? Memang harus bertanggung-jawab kan?!"

Esa masih diam, kali ini dia berhenti menangis.

Tidak mau memperdulikan Esa lebih lama lagi, Ellara dengan segera mendorong Esa. Ellara ingin pulang, dia tidak tahan lebih lama disini lagi.

"Kak Zeon gak salah!" teriak Esa.

Ellara membalikan tubuhnya saat baju tidur yang tadi Esa dekap kini terlempar tepat ke wajahnya.

Anak kurang ajar!

Esa mengacungkan telunjuknya marah. "Kak Zeon gak harus bertanggung-jawab. Yang salah kak Ganesa dan kak Araf!" teriaknya.

Ellara mengacuhkan Esa, justru memutar bola matanya. Mereka semua memang iblis.

"Kak Ellara gak tahu kan? Kalo kak Ganesa dan kak Araf masuk kantor polisi!"

Ellara sontak berhenti, dan membalikan tubuhnya. "APA?!" teriak Ellara tidak percaya. Tapi buru-buru Ellara mengubah raut wajahnya, "Jangan bohong!"

Esa mengusap ingusnya, menatap Ellara. "Esa gak bohong. Kak Zeon tadi langsung giring mereka ke kantor polisi."

o0o

A/n :

Sedikit ya? KYAAA KABURRRRRRR.... 😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭 aku kemarin khilaf malah baca novel eh keterusan sampe pagi, jadi tadi siang ngantuk gak karuan. Maafin ya sedikit upnya 😭🙏 aku merasa bersalah banheg loh ini ya ampun maaf banget. Janji deh next up aku naikin jadi 3000 kata biar kalian seneng (kenyang 😚🤗) hihi..

Makasih banget atas antusiasnya ❤❤❤

The VillainessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang