30 - Luka Lama

5.2K 588 41
                                    

Lazeon sadar dia adalah orang yang sulit untuk begitu peduli terhadap orang lain. Bukan hanya terhadap orang lain, Lazeon juga orang yang sulit peduli terhadap dirinya sendiri. Selalu menyepelekan dan menggampangkan segala urusan. Bukan tanpa alasan Lazeon berprilaku demikian, Lazeon hanya ingin tenang. Dia tidak pernah suka kekacauan.

Lagi dan lagi Lazeon menjadi pusat perhatian, penampilannya yang berantakan, penuh luka dan lebam tentu saja menarik perhatian semua orang. Beberapa orang melihatnya dengan ngeri, namun beberapa orang lainnya yang sudah mengenal Lazeon tentu paham bahwasanya pemuda itu tidak sedang baik-baik saja.

Lagi Lazeon pada akhirnya menginjakan kakinya disini, padahal beberapa waktu berlalu Lazeon pernah berjanji tidak akan pernah lagi datang kesini. Selamanya. Namun, janji tinggalah janji jika kenyataan berkata lain tentang keadaannya.

Lazeon berhenti ditengah koridor, untuk menarik kerah baju seorang laki-laki berkepala botak yang memang dikenalnya. Salah-satu pegawai rumah sakit ini. "Ujang, lo liat dokter Rama ada dimana?"

Ujang berjengit kaget, hampir saja wadah bekas makanan yang sudah disusunnya jatuh berantakan. "Aduh ngagetin aja, ada noh dokter Rama lagi visit, tunggu aja di ruangannya."

"Oh."

Ujang mencoba sabar dia menatap Lazeon yang berwajah datar namun sialnya tampan itu entah mengapa sangat menyebalkan di matanya, jangan sampai dia emosi dan memukul kepala sepupu dari dokter Rama ini. Ujang merasa heran kenapa dokter Rama yang terkenal dengan kebaikan hatinya bisa memiliki sepupu nakal macam bocah satu ini.

"Kenapa itu muka? Habis berantem pasti. Awas aja pasti dimarahin dokter Rama."

"Jangan sotoy!"

"Siapa yang sotoy, orang emang tahu." gerutu Ujang dan mengikuti langkah Lazeon menuju ruangan dokter Rama.

Lazeon sampai di ruangan kerja milik sepupunya, sedangkan Ujang sudah berlalu membawa wadah-wadah bekas makan yang tadi dikumpulkan. Seperti kata Ujang, Rama memang sedang visit jadi Lazeon dengan santai menyimpan tas sekolahnya diatas meja, lantas membuka pintu yang terhubung dengan ruang kerja milik Rama tersebut. Namanya, ruangan Lotus tempat dimana sepupunya itu ditugaskan.

Baru membuka pintu Lazeon sudah disuguhi dengan pemandangan dimana Rama yang berlarian diikuti oleh para perawat menuju salah-satu bilik kamar, mungkin sesuatu tengah terjadi disana.

"Ada apaan tuh?"

"Permen dulu! Kalau mau tahu."

Bangsat, maki Lazeon dalam hati. Saat seorang laki-laki paruh baya tiba-tiba muncul di depan wajahnya dengan cengiran.

"Yaelah ngagetin aja, Pak!"

"Katanya mau tahu, jadi ayo kasih saya permen dulu."

Lazeon menghela nafas Lelah, lalu kembali membuka pintu ruang kerja Rama untuk mengambil beberapa sebungkus permen yang memang sengaja dibelinya tadi sebelum datang ke rumah sakit.

"Nih,"

"Satu lagi dong."

Lazeon memberi satu permen lagi kepada pria paruh baya tersebut. Lazeon mengenalnya dengan baik namanya adalah Rizal, salah-satu pasien di ruang Lotus ini. Laki-laki paruh baya itu begitu menyukai permen, dan selalu duduk di dekat pintu keluar semata-mata untuk meminta permen kepada siapapun yang melewati pintu tersebut.

"Ck, nih lunas ya. Jadi kenapa?" tanya Lazeon penasaran.

Pak Rizal terlihat sangat bahagia, dia buru-buru memasukan permen pemberian Lazeon pada saku bajunya. "Oh, pasien baru pindahan ruangan sebelah dari kemarin mau coba bunuh diri. Kayanya, sekarang bakalan dibalikin lagi ke ruangan sebelumnya."

The VillainessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang