31 - Kotak Pandora

5.1K 512 18
                                    

"Jangan lakukan itu!"

Suaranya lemah namun masih bisa Lazeon dengar dengan baik, pisau dapur yang beberapa detik lalu siap menembus jantungnya pun terhenti.

Tubuh Lazeon kaku, padahal Lazeon yakin tidak ada satupun orang dikamarnya.

"Jangan mati. Mati itu gak enak."

Lazeon melihatnya seseorang yang berdiri di sudut kamarnya. Tubuhnya mungil, tingginya mungkin hanya sebatas bahunya saja, matanya kelam namun menenangkan.

"Ellara!" seru Lazeon dengan gigi gemertak saat menyadari siapa seseorang itu. Tidak puas kah perempuan itu merecokinya setiap hari, dan sekarang justru menguntitnya hingga ke dalam kamar. Lazeon sungguh muak.

Lazeon memegang pisau dapur itu kuat-kuat, haruskah Ellara melihatnya mati untuk membuatnya merasa puas. Rasa sedih dan putus asa menyeruak dalam diri Lazeon. Dia tidak sedang baik-baik saja.

"Lo bisa lihat dan denger suara gue?" seseorang itu menunjuk dirinya seperti tidak percaya. "Astaga, lo indigo?"

Seseorang itu Kyla menutup mulutnya terharu, setelah beberapa kali terjebak di kamar ini dan tidak bisa menemukan jalan keluar akhirnya ada seseorang yang menyadari keberadaannya.

"Gak lucu!"

Kyla mengerutkan keningnya bingung. "Siapa juga yang ngelucu orang gue nanya. Tapi, bagus berarti gue belum mati."

"Sinting lo! Ngapain lo di kamar gue? Gak puas lo udah bikin gue menderita sama kemauan gak masuk lo, dan sekarang lo nguntit gue? Makin benci gue sama lo Ellara."

Kyla merasa aneh dengan tatapan laki-laki di depannya, Kyla merasa tidak mengenalnya tapi mengapa laki-laki itu seperti mengenalnya dan siapa itu Ellara?

"Aneh banget lo bocah. Marah-marah gak jelas, gue bahkan gak tahu siapa lo."

"Jadi, lo pura-pura gak tahu siapa gue?" Lazeon mendesis sinis, dia melangkah mendekati dimana Kyla berdiri.

"Yakin?" lirih Lazeon pelan, dan tanpa diduga menodongkan pisau yang dipeganya pada leher Kyla.

Kyla melotot kaget. "Jauhin pisau lo bangsat!"

Lazeon tersenyum saat Kyla tidak bisa berkutik. "Kenapa? Katanya cinta dan nerima gue apa adanya. Jadi terima aja, gue emang kayak begini adanya."

Sejujurnya Kyla benar-benar takut, tatapan laki-laki yang sama sekali tidak dikenalnya ini terlihat begitu menakutkan. Bukan kenginan Kyla juga bisa terjebak di kamar mewah ini, nenek-nenek penjaga perpustakaan itulah yang pasti mengirimnya kesini. Sudah beberapa kali Kyla terjebak di kamar mewah ini, dan Kyla tidak bisa keluar dari kamar ini. Seolah-olah kamar ini memenjarakannya. Dan ketika seseorang menyadarinya, mengapa yang didapati Kyla justru sebuah todongan pisau?

Dan yang lebih menyebalkan setiap kali kembali ke dunia aslinya, Kyla benar-benar tidak mengingat apa yang telah terjadi. Kyla hanya mengingat jika dia hanya tertidur saja. Sama sekali tidak mengingat jika dia baru saja pergi ke negeri antah berantah ini.

"Gue bahkan gak kenal siapa lo?! Jauhin pisau ini dari leher gue!" desis Kyla.

Lazeon menggeram. "Berhenti pura-pura Ellara!"

"SIAPA ELLARA SIH?!" bentak Kyla.

Kyla benar-benar tidak mengenal siapa itu Ellara. Kyla mengerjap ketika menyadari sesuatu, kecuali Ellara sang anatgonis di dalam novel yang akhir-akhir ini dibacanya.

Tapi, apa itu mungkin?

"Keluar lo dari kamar gue," Lazeon menjauhkan pisau yang baru saja ditodongkannya. "keluar!"

The VillainessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang