17 - Sang Antagonis

20.8K 2.9K 350
                                    

o0o

Ada yang bilang jika kita adalah 'Tokoh Utama' dalam hidup kita sendiri.

Ada yang bilang juga juga jika Tuhan tidak akan pernah memberi cobaan jika kita tidak mampu menghadapinya.

Tapi, kenapa sekarang Ellara justru menjadi antagonis?

Mengapa dimata orang-orang dia selalu salah?

Mengapa dia selalu dicurigai?

Ellara tidak mampu menjalani semua cobaan ini. Tuhan salah, Ellara tidak mampu.

Orang-orang bilang takdir siapa yang tahu? Tapi, Ellara justru mengetahuinya.

Mengapa Ellara harus jahat? Mengapa rasa benci itu harus ada padahal Ellara tidak seharusnya merasakan itu?

Mengapa Ellara selemah ini? Mengapa Ellara tidak menjadi superior yang mampu menaklukkan semuanya dengan mudah?

Mengapa?

Mengapa?

Mengapa ditubuh ini harus ada dua jiwa?

Ellara menatap atap lorong rumah sakit dengan pandangan kosong, dia menekan dadanya kuat-kuat. Menahan rasa khawatir yang seolah terus menggangu hatinya.

Mengapa Tuhan tega padanya dengan menjadikannya jiwa pengganggu yang hidup dalam tubuh Ellara? Ellara tahu jiwa ini belum mati, dia masih ada di dalam tubuh ini. Dia mencemaskan Lazeon, dia mencemaskan hingga Ellara kini sadar akan kehadirannya.

Air mata mengalir semakin deras, Ellara dengan kasar menghapusnya, itu bukanlah air matanya. Air mata itu mengalir dengan sendirinya. Semua ini berada diluar kendalinya.

Sama seperti saat melihat seseorang yang hampir melukai Lazeon. Ellara memang terkejut, mengira jika itu memang alur yang harus Lazeon lalui. Tapi, hatinya tiba-tiba saja panik, membuatnya melupakan akal sehatnya dan menabrak semua orang yang menghalangi jalannya.

Jika Tuhan memang adil mengapa dia harus tersesat ditubuh yang masih bernyawa? Mengapa dia harus merasakan perasaan menyedihkan, yang jelas bukanlah perasaannya?

Ellara mengangkat tangannya yang berdarah, seragamnya bahkan ikut berubah warna. Ini darah Lazeon.

Ellara bahkan ikut berkorban, dia bahkan ikut turun tangan.

Mengapa Tuhan tega padanya? Mengapa tidak ada keringanan hidup untuknya? Tuhan bahkan tega mengambil nyawa yang seharusnya masih ada, yang seharusnya masih dapat hidup lebih lama.

Luka yang ia tutup dalam-dalam, kehidupan kecil yang dia idam-idamkan akan jadi nyata. Semuanya hancur, semuanya lenyap tak berjejak.

Ellara mengerjap saat matanya tidak dapat melihat dengan jelas. Ellara mengusap matanya, tapi tetap tidak jelas. Pemandangan disekitarnya terasa blur, Ellara kembali mengusap matanya lebih keras, tapi tetap saja semua tidak terlihat jelas.

Ellara kembali membuka matanya, namun kini berbeda ... dia berada di tempat lain.

Lorong rumah sakit dan para keluarga pasien hilang dari pandangannya.

Ellara merasakan detak jantungnya menggila, Ellara sekarang berada di tempat yang sangat ia kenali--di perpustakaan tua.

"Tuhan itu tidak adil."

Ellara termengu, mencari dari mana asal suara itu.

Itu--itu adalah suaranya.

Ellara kini dapat menatap dirinya sendiri yang masih menjadi Kyla dengan tatapan rumit, dihadapan Kyla ada wanita tua sang penjaga perpustakaan.

The VillainessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang